Skip to main content

Sinopsis Sweet Dreams Episode 9 Part 1

Kau benar. Terkadang, memberi penolakan secara jelas lebih manusiawi daripada berpura-pura baik - Lu Bao Ni
Rencana balas dendam Qi Qi masih terus berlanjut. Sebelum tidur, Qi Qi memohon pada gelang mimpi untuk membantunya balas dendam pada Bo Hai. Ia tidak ingin mendapat siksaan seperti terakhir kalinya. Qi Qi mencium gelang itu dan segera pergi tidur.
Di alam mimpi, Qi Qi dikejutkan dengan busana yang ia pakai, kenapa ia harus mengenakan baju seperti ini? Ia kemudian berjalan menjijit memperhatikan tempat itu yang asing.
Tiba-tiba sebuah nampan berisi teko dan cangkir melayang di sekitarnya dan hap! Seorang ninja berpakaian hitam-hitam datang mengagetkannya.
Ninja itu mengingatkan Qi Qi untuk memecahkan cangkir sebagai tanda sinyal setelah berhasil membuat 'pria itu' meminum obat biusnya. Saat itu, komplotan ninja akan menerobos masuk dan menebasnya menjadi potongan-potongan. Ninja itu pun memberikan nampan teko pada Qi Qi sebelum mendorongnya masuk ke salah satu bilik kamar.
Qi Qi bertanya siapa orang yang dimaksud si Ninja, tapi pertanyaannya belum dijawab saat ia sudah terlanjur masuk ke bilik dan membuat orang yang berada di ruangan beralih padanya, termasuk Bo Hai!
Disana Bo Hai sedang dihibur oleh pertunjukan dua orang penari wanita dan seorang pemain kecapi. Setelah memastikan, hanya seorang pengantar minuman yang masuk Bo Hai segera beralih dan pertunjukan kembali dimulai.
Qi Qi termenung menyadari kesempatan ini, ternyata Bo Hai lah orang yang ingin mereka serang. Ia tersenyum senang. Sempurna, dengan begini ia bisa membalas dendam.
Qi Qi berjalan melenggak-lenggok menghampiri Bo Hai. Ia kemudian menawarkan arak yang ia bawa setelah menuangkannya ke dalam cangkir. Bo Hai menoleh sebentar sebelum beralih pada pertunjukan kembali, atau dengan kata lain ia sok jual mahal.
Qi Qi mengerti dan duduk di pangkuannya, ia menggoda Bo Hai yang menolak minum alkohol karena tidak suka padanya. Bo Hai tentu saja membantah, jika Qi Qi ingin ia meminum alkoholnya, maka Qi Qi harus melakukannya dengan sungguh-sungguh. Qi Qi tidak mengerti apa yang Bo Hai katakan.
Setelah memberi kode kepada para penghibur untuk pergi, Bo Hai akhirnya menjelaskan apa yang dia mau,
"Bukan arak yang memabukkan tapi peminumlah yang memabukkan dirinya sendiri. Jika aku bisa menciummu ketika mencicipi arak, aku yakin itu akan terasa lebih lezat"
Qi Qi terlonjak berdiri dan menegaskan permintaan Bo Hai sekali lagi.
"Apa kau ingin aku menyuapimu melalui mulutku?"
Bo Hai berdiri, tidak apa-apa jika Qi Qi tidak ingin melakukannya.
Qi Qi dibingungkan dengan dua pilihan batinnya, satu pihak menyarankannya untuk tidak menciumnya, pihak yang lain membolehkannya mencium Bo Hai, lihat saja wajah tampannya! Qi Qi mengenyahkan 'perdebatan batinnya', ia sudah memutuskan pilihannya.
"Pengorbanan diperlukan untuk meraih hal yang lebih besar. Aku akan melakukan segala cara!"
Qi Qi mengambil cangkir dan memasukkan 'arak' itu ke dalam mulutnya, ia akan menyuapi Bo Hai dengan mulutnya sendiri.
Saat Qi Qi menyentuh bahu Bo Hai untuk menyuapinya, Bo Hai malah mendorong tubuhnya ke atas meja. Ia kemudian memaksa Qi Qi meminum araknya dengan cara memencet hidungnya. Qi Qi yang tidak bisa bernafas otomatis menelan arak itu sehingga membuatnya terbatuk-batuk.
Bo Hai tersenyum karena dugaannya benar.
"Pencuri pervert kecil, kita bertemu lagi"
Qi Qi kesal karena Bo Hai telah menipunya. Dibilang begitu tentu saja Bo Hai tidak terima, Qi Qi sendirilah yang berkomplot dengan para bandit untuk membunuhnya.
Bo Hai kemudian melirik cangkir di meja dan melemparnya ke lantai, membiarkannya pecah sebagai tanda agar para ninja itu keluar. Dua orang ninja menerobos masuk melalui jendela dan langsung mengacungkan pedang pada Bo Hai. Suasana menjadi lengang seketika.
Tak lama seorang ninja lain muncul, tapi ia menghadap arah yang salah, yang otomatis membuat Qi Qi dan Bo Hai keheranan lol. Ninja itu segera menyadarinya dan bergabung dengan dua rekannya setelah mengucapkan maaf.
Bo Hai menoleh ke arah Qi Qi layaknya meminta penjelasan, Qi Qi buru-buru berakting lemah, ia memegang dadanya kesakitan.
Bo Hai berjalan mendekati ninja itu, ia kemudian mengangkat tangannya meminta mereka memulainya. Ketiga ninja melihat satu sama lain, serang!
Bo Hai dengan mudahnya melumpuhkan ninja pertama, begitu juga dengan yang kedua, ia bisa mengalahkannya dengan tendangan maut.
Tersisa ninja ketiga (satu-satunya yang konyol), ia mengangkat pedangnya bersiap untuk menebas Bo Hai tapi Bo Hai dengan mudahnya menghindar dan mendorong pedang itu sehingga menancap ke tiang.
Mengetahui tangannya telah kosong, ninja itu memutuskan mundur dengan memelantingkan badannya ke belakang. Namun, itu tidak berlangsung lama karena Bo Hai menginjak kakinya sehingga membuat wajah mereka saling berdekatan.
Bo Hai sok baik dengan memperbaiki letak maskernya. Ia lebih dulu tersenyum sebelum memberikan pelajaran akhir sehingga membuat ninja itu terpelanting ke lantai.
Bo Hai menghela nafas karena ninja itu belum juga jera, buktinya ia mengambil kecapi untuk dilemparkannya pada Bo Hai. Bo Hai  langsung berbalik untuk mematahkan kecapi itu dengan pukulan kakinya. Ninja itupun tak sadarkan diri seketika.
Bo Hai menghampiri Qi Qi yang memukul-mukul lantai (mungkin karena kesal hahaha), ia heran kenapa racunnya tidak bekerja pada Qi Qi dan curiga jika racun itu palsu.
Qi Qi mendongak, ia menyuruh Bo Hai untuk mencobanya sendiri jika ingin mengetahuinya.
Qi Qi kemudian mendorong Bo Hai ke lantai dan memonyongkan bibirnya berniat menciumnya. Bo Hai yang melihat itu langsung mendelikan matanya ketakutan hahahaha.
Untung saja itu semua hanyalah mimpi, Bo Hai terbangun dari tidurnya terengah-engah karena ketakutan. Ia kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, tidak menyangka ia bisa memimpikan sesuatu yang begitu aneh sekaligus konyol.
Saat bekerja di kantor, sepertinya Bo Hai sangat terganggu dengan mimpi itu. Buktinya walaupun ia telah berusaha membuat desain berkali-kali tapi ia selalu meremas hasilnya karena tidak ada yang memuaskan.
Qi Qi kemudian datang untuk memberikan dokumen yang Bo Hai minta. Karena mungkin masih sibuk dengan pikirannya, Bo Hai tidak memberikan respon apapun.
Qi Qi sampai harus memukul meja dan mencondongkan badannya agar membuat Bo Hai menyadari keberadaannya.
Bo Hai akhirnya mendongak, ia terkejut dengan penampakan Qi Qi yang mengingatkannya pada wanita di mimpinya tadi malam, satu orang yang memaksa menciumnya lol.
Bo Hai tergagap dan menyuruh Qi Qi segera pergi dari sana,
"Enyah kau!" HAHAHAHA. Tanpa ijinnya, Qi Qi tidak boleh masuk ke ruangannya hari ini. Qi Qi tentu kesal mendengarnya, lagipula ia juga tidak ingin melihat Bo Hai.
Selepas Qi Qi pergi, Bo Hai terdiam di tempatnya sepertinya ia begitu terpukul dengan penampakan barusan huehehe.
Bao Ni mendapatkan paket lagi, kali ini sebuah amplop besar. Begitu ia menumpahkan isinya ke atas meja, ia langsung menjerit ketakutan.
Para staff yang lain tentu saja langsung menoleh padanya dan bertanya apa yang terjadi. Ternyata, paket itu berisi potongan boneka yang berlumuran darah.
Zhen Qi jijik melihat hal itu begitu juga para staff lain yang lebih membeku karena syok.
Mo Nan datang dan langsung membuang potongan boneka itu ke tempat sampah. Ia menghibur Bao Ni untuk tidak takut dan menenangkannya bahwa itu hanyalah sebuah boneka. Ia juga menegur semua orang untuk berhenti menonton, seolah-olah belum pernah melihat prank sebelumnya.
Manajer Liu Xin Nian kemudian datang meminta Bao Ni keluar untuk mengirimkan sebuah dokumen penting yang harus dikirimkan hari ini. Bao Ni yang masih ketakutan menyanggupinya.
Mo Nan menanyakan keadaannya, Bao Ni merasa baik-baik saja tapi itu memang membuatnya ketakutan setengah mati.
Mo Nan memanggil Bao Ni yang akan pergi mengirim dokumen. Ia menawarkan diri untuk menemaninya, tapi Bao Ni menolak lagipula ia hanya akan pergi sebentar. Mo Nan tidak bisa memaksanya lebih jauh dan meminta Bao Ni untuk hati-hati.
Setelah Bao Ni meninggalkannya, Mo Nan masih terlihat khawatir dengan ia yang pergi sendirian.
Bo Hai hendak mengakhiri rapat yang dipimpinnya. Namun sebelum itu, ia menanyakan jika ada yang ingin menyampaikan sesuatu sebelum rapatnya dibubarkan.
Para peserta rapat sudah mulai berkemas, tapi Wapresdir Wen meminta semua orang menunggu karena ia ingin mengatakan sesuatu. Ia tidak tahu apakah ada yang memperhatikannya atau tidak, tapi citra perusahaan di media turun dengan sangat cepat. Ia telah memikirkan beberapa arahan yang akan didiskusikan dengan semua orang.
"Global Trade Center akan menggelar perayaan hari jadi yang yang ke-tiga. Mereka sedang mencari seorang master florist..."
Wapresdir Wen yang belum selesai mengucapkan kata-katanya, seketika langsung ditolak oleh Xin Yan. Wapresdir Wen mengingatkannya bahwa ia belum selesai bicara, lagipula bagaimana caranya Xin Yan tahu kalau idenya tidak akan berhasil? Xin Yan mengungkapkan alasannya,
"Global Trade Center mempekerjakan seorang florist yang sangat biasa untuk perayaan mereka tahun lalu. Jika CEO Bo pergi, bukankah itu akan menurunkan nilainya?"
Wapresdir Wen membenarkan hal itu dan membiarkan satu sarannya ditolak. Tapi ia tidak kehabisan akal, ia mengeluarkan cadangan lain mengenai ada satu acara reality show yang mengundang mereka.
"Reality show ini memperlihatkan para pakar di berbagai bidang. Aku memeriksanya, rating mereka sangat bagus"
Giliran Chen Mo yang menolak ide itu, menurutnya itu tidak terlalu bagus. Shi Ji tidak mengerti kenapa Chen Mo tidak setuju, ini adalah kesempatan yang langka. Chen Mo mengungkapkan pendapatnya,
"Bahkan jika seseorang ingin pergi, ia tidak boleh!"
Ia tahu ini kesempatan yang bagus. Tapi stasiun TV pasti akan merekam kegiatan mereka, ada begitu banyak orang di kantor, ia khawatir itu akan berpengaruh pada pekerjaan mereka.
Terlebih, CEO Bo adalah otak kreativitas perusahaan, Chen Mo memukul meja,
"Jika mereka merekam beberapa rahasia perusahaan, siapa yang akan bertanggung jawab?"
Wapresdir Wen membenarkan hal itu. Jika mereka menolak kedua rencananya maka ia punya satu acara tersisa.
"Anggaplah begitu, kemudian jika yang tersisa adalah sebuah interview TV. Itu hanya sebuah bincang-bincang di studio dan tidak menampilkan keterampilan florist CEO Bo"
Mendengar konsep acara itu yang cukup aman bagi Bo Hai (ingat Bo Hai belum sembuh dari buta warnanya akibat kebakaran tempo hari), Chen Mo langsung menyetujuinya. Ia menganggap ide itu cukup bagus. Xin Yan juga berpikiran sama, sebuah interview mempunyai gaya yang lebih berkelas. Itu sesuai dengan posisi mereka di pasar yang menjual bunga segar secara online.
Wapresdir Wen beralih ke Bo Hai untuk meminta pendapatnya. Bo Hai tersenyum, ia menghargai 'kerja keras' Wapresdir Wen untuk perusahaan. Tentu saja, ia tidak bisa menghancurkannya begitu saja. Ia menyuruh Chen Mo untuk segera mengkontak mereka karena ia menyetujuinya. Chen Mo menyanggupinya.
Manajer Li Bo Qing kemudian meminta waktu sebentar, ia tadi ingin menunjukkan sesuatu tapi Wapresdir Wen menginterupsinya (entah kenapa aku ngakak). Ia menunjukkan skema warna yang timnya sudah edit belakangan ini bersama dengan dua skema warna yang lama. Ia bertanya apa Bo Hai puas dengan hasilnya?
Pertanyaan tak terduga ini tentu saja langsung membuat Xin Yan khawatir, Bo Hai membeku memperhatikan tiga skema warna di hadapannya karena semuanya terlihat sama saja baginya, hitam putih.
Wapresdir Wen tersenyum dan memperhatikan Bo Hai. Bo Hai hanya terdiam, Manajer Li sampai mengingatkannya sekali lagi.
Menyadari Bo Hai dalam masalah, Xin Yan menyarankan Manajer Li untuk meninggalkan desainnya. Jika Bo Hai selesai memeriksanya, maka ia akan memberikan tanggapan.
Manajer Li mengerti dan akan menarik ketiga skemanya tapi segera dihentikan Bo Hai. Hanya untuk memilih desain yang sudah lama direncanakan, akan terasa aneh jika ia tidak memutuskannya di tempat. Sekilas ia menggertakan giginya kesal, Bo Hai sadar Wapresdir Wen sedang memperhatikan gelagatnya.
Bo Hai ragu-ragu memilih tapi ia dengan cepat mengambil desain yang paling kanan dan menyerahkannya pada Manajer Li.
"Gunakan yang ini"
Manajer Li memperhatikan desain yang dipilih Bo Hai.
"Ini adalah desain kita yang terbaru. Ini juga yang paling populer di Departemen Desain"
Bo Hai yang mendengar itu terlihat cukup terkejut, Chen Mo menghela nafas lega sementara Xin Yan tersenyum senang. Manajer Li berterima kasih pada Bo Hai
Rapat hari ini berakhir dengan begitu, namun setelah semua staff keluar kecuali Xin Yan dan Chen Mo, Bo Hai menghela nafas dan memejamkan mata, rupanya ia cukup tertekan dengan situasi tadi.
Qi Qi mengantarkan secangkir kopi untuk Bo Hai di ruangannya. Bo Hai justru menyuruhnya untuk pergi keluar.
Qi Qi tentu saja akan pergi setelah ia selesai menaruh kopinya. Bo Hai yang masih kesal dengan situasi tadi, tiba-tiba menggebrak meja dengan kuat.
"Aku bilang padamu untuk pergi keluar!"
Qi Qi yang diteriaki tanpa alasan seperti itu juga ikutan kesal,
"Apa-apaan ini? Kau pikir aku ingin melihatmu?!"
Selepas Qi Qi pergi, Bo Hai memejamkan matanya semakin kalut, ia kemudian menjatuhkan semua kertas desainnya dengan marah.
Ia berusaha menenangkan dirinya atas situasi menyebalkan yang menimpanya, karena buta warnanya, para musuhnya jadi punya banyak kesempatan untuk menjatuhkannya dan ia tidak bisa berbuat apa-apa soal itu.
Bo Hai mengunjungi dokter pribadinya di rumah sakit. Setelah sesi pemeriksaannya selesai, dokter itu mengemukakan kesimpulannya.
"Penyakitmu adalah hasil dari ketakutan secara psikologi. Kau harus mengatasinya sendiri. Jaga sikap optimis."
Bo Hai kemudian menanyakan kapan dia bisa melihat warna lagi. Jujur, dokter itu sulit untuk menjawabnya.
"Penyebab dari penyakit kejiwaan adalah kompleks. Juga, ada berbagai cara untuk menyembuhkannya. Terkadang, sekali ketakutan hati berhasil dilepaskan, seseorang bisa sembuh dengan cepat."
Namun, tidak menutup kemungkinan itu akan kambuh berkali-kali sehingga tidak menimbulkan progres apapun untuk waktu yang lama. Dokter itu menyarankan solusi lain. Ia akan memberi resep untuk mengurangi kegelisahan dan lihat apa itu bisa membantu. Bo Hai meminta maaf karena telah merepotkannya.
Bao Ni berjalan sendirian di sebuah lorong. Ia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang dan buru-buru mempercepat langkahnya. Ia menggumam apa ia akan tidak beruntung hari ini?
Bao Ni menaiki tangga, namun karena menggunakan high heels ia tergilincir dengan mudah.
Untung saja, Mo Nan yang ternyata mengikuti Bao Ni dari belakang menangkap tubuhnya tepat waktu. Bao Ni terpana...eciee...cieee...karma nih ye, ups!
Mo Nan menanyakan keadaannya, bukannya menjawab Bao Ni malah tersedu memanggil namanya dan memeluknya. Ia menangis terisak-isak dan mengakui dirinya sangat ketakutan.
Bao Ni kembali ke kantor dengan digendong Mo Nan di punggungnya. Memang sudah kebiasaannya, Mo Nan selalu melempar candaan di situasi apapun. Untuk kali ini, ia menyuruh Bao Ni untuk berhenti memakan tahu busuk dan ayam goreng.
"Kau terlalu berat, aku sampai tidak bisa menggendongmu lagi"
Bao Ni menangis, harusnya ia mendengarkan perkataan Mo Nan untuk tidak mempunyai tindakan yang ambigu pada mereka. Lihat, ia mendapatkan karma sekarang! (kemudian nyanyi lagunya BTS Not...Not...Today)
Mo Nan mengerti, ia meminta Bao Ni untuk berhenti menangis dan jangan bertakhayul. Itu hanyalah kaki yang terkilir dan itupun karena ia mengagetkannya. Bao Ni tidak terima hanya disebut sebagai 'kaki yang terkilir', ia juga disemprot tinta merah dan potongan boneka, itu membuatnya takut setengah mati.
Mo Nan bertanya padanya, apa Bao Ni masih ingin menangkap penggemar gila itu? Bao Ni bertanya bagaimana caranya. Mo Nan mengakui ia mungkin tahu pelakunya, ia juga tahu bagaimana cara agar orang itu mengakuinya. Bagaimana? Bao Ni menyetujuinya.
Di kantor, Manajer Liu (Departemen HRD) memanggil Xiao Wang untuk menemuinya. Xiao Wang yang dipanggil bagian HRD tentu saja gelisah. Staff kantor juga ikut penasaran kenapa Xiao Wang sampai dipanggil bagian itu, Da Wei menduga itu mungkin bukan hal yang baik.
Mo Nan membuka suara,
"Kau benar-benar tidak tahu apa yang terjadi?"
Staff laki-laki itu menggeleng tak tahu.
"Akan aku beri tahu. Xiao Wang mungkin adalah penggemar gila yang mengganggu Bao Ni!"
Lily yang mendengar hal itu membeku seketika. Da Wei dan satu staff lain terkejut, Mo Nan yang melakukan itu demi menjebak pelaku aslinya menambahkan,
"Ya, perusahaan bahkan sudah memutuskan untuk memecatnya!"
Da Wei tak percaya, Mo Nan menepuk punggungnya, memang sulit untuk melihat hati seseorang yang asli. Mo Nan kemudian melirik ke arah Lily yang terlihat sangat gelisah, ia tersenyum sinis.
Lily memutuskan menemui Bao Ni, ada sesuatu yang ingin ia katakan.
Bao Ni dan Lily pergi ke taman kantor untuk berbicara. Lily meminta Bao Ni untuk menolong Xiao Wang sehingga Manajer Luo tidak memecatnya.
Bao Ni tentu saja tidak bisa melakukan itu, jika Xiao Wang tidak dipecat, apa yang akan ia lakukan jika Xiao Wang menyelakainya suatu saat? Ia mengerti Lily begitu baik tapi ia tidak boleh mencampurinya dalam masalah ini.
"Bao Ni, penggemar gila yang kau cari bukanlah Xiao Wang,' Lily mendongak sebelum melanjutkan ucapannya,
"...tapi aku"
Bao Ni sangat terkejut akan kenyataan itu.
Flashback, kemarin saat Bao Ni mendapatkan potongan boneka, Xiao Wang hendak pergi untuk menangkap pelakunya. Tapi ia langsung dicegat Lily, jika penggemar gila itu berpikir Xiao Wang mempunyai hubungan dengannya, Xiao Wang mungkin akan dicelakai juga!
Lily sebenarnya tidak suka cara Bao Ni bermain-main dengan perasaan setiap orang. Jadi, ia pura-pura menjadi penggemar gila untuk menakuti Bao Ni. Ia meminta Bao Ni untuk tidak khawatir, ia akan mengundurkan diri sekarang jadi kejadian ini tidak akan terulang lagi.
Bukannya marah, Bao Ni malah menyebut Lily bodoh. Ia menyadari Lily ternyata menyukai Xiao Wang dan bingung sendiri atas tingkahnya. Bao Ni menenangkan Lily, tidak ada yang ingin memecat Xiao Wang dan Lily juga tidak perlu mengundurkan diri.
Bao Ni juga berjanji tidak akan memberitahu apa yang Lily barusan katakan pada siapapun. Lily mengangguk pelan.
Selepas Lily pergi, Mo Nan menghampiri Bao Ni. Ia heran, bukankah Bao Ni ingin memberikan pelajaran pada penggemar gila tapi kenapa malah melepaskannya begitu saja?
Bao Ni menyadari, bagaimanapun semuanya dimulai dari ulahnya sendiri. Perkataan Mo Nan benar, terkadang memberi penolakan secara jelas lebih manusiawi daripada berpura-pura baik.
Mo Nan terkejut, tidak buruk, ia bangga Bao Ni memutuskan hal ini.
"Kerja kerasku tidak sia-sia. Anakku sudah dewasa!', seru Mo Nan sambil melingkarkan tangannya di bahu Bao Ni. Bao Ni memperingatkan tingkahnya, mereka sedang ada di kantor.

Komentar:
Sebenernya kemarin pas Bo Hai naik mobil ke rumahnya Qi Qi buat ngancem itu, aku lupa Bo Hai dah sembuh apa belum. Sekarang udah konfirm kalo dia belum sembuh, jadi gimana kalo dia ngelewatin lampu merah kemarin ya? Just saying wuehehehehe.
Aku sebenernya bukan tipikal orang yang merhatiin hubungan Mo Nan-Bao Ni karena udah terlalu fokus sama couple utama dan Mo Nan juga begitu...tapi setelah nulis sinopsis dan mau gak mau harus merhatiin setiap detail, she's quite an amazing woman! Yang perlu diperbaiki ya pola pikirnya itu terhadap cowok-cowok dan thanks to Lily for making her mature! Hehehe, btw tetep aja aku gak suka Lily yang munafik, pura-pura suka Bao Ni di depan semua orang tapi di belakang ekstrim banget tingkahnya.
See you on the next post! Pai pai~

Bersambung di Sinopsis Sweet Dreams Episode 9 Part 2~

Comments

  1. Lanjut ya lanjut ya lanjut yaaa 😍😍😍😍

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts This Week

Sinopsis Sweet Dreams Episode 10 Part 2

Percayalah, selama bunga segar di dunia ini terus mekar, hal-hal indah juga akan terus datang. -  Solace Master

Sinopsis Sweet Dreams Episode 2 Part 1

Setiap tumbuhan memiliki keunikan tersendiri. Selama dirimu tahu apa yang membuat ia istimewa, niscaya kau akan menemukan sisi keindahannya yang unik. - Bo Hai

Sinopsis Sweet Dreams Episode 18 Part 2

Dua puluh tahun telah terlewati, tapi aku tidak pernah melupakannya. Konsep desain untuk karya ini adalah kembang api di langit malam. Walaupun memiliki bentuk yang indah, tapi itu membuatku merasakan sakit dan kesepian. - Bo Hai

Sinopsis Sweet Dreams Episode 17 Part 2

Komite dari Kompetisi Florikultur mengatur sebuah penampilan pembukaan. Haruskah kita menambahkan sesuatu di dalamnya? - Mo Nan