Di sebuah cafetaria, Bao Ni, Qi Qi, dan Mo Nan sedang makan malam bersama. Qi Qi mengeluhkan kepalanya yang sakit dan mengerang beberapa kali sambil memegang lehernya karena kecapekan. Ia kemudian meminta tolong pada Bao Ni untuk melakukan sesuatu, mungkin agar rasa sakitnya bisa berkurang. Bao Ni tak bisa berbuat apa-apa selain menyentuh kepalanya lembut tapi sepertinya ada hal lain yang lebih mengusiknya saat itu.Mereka adalah anak-anak dari Rumah Kesejahteraan Anak Kota. Buket bunga yang dirilis hari ini bukan hanya dimaksudkan untuk mengumpulkan uang untuk mereka, tapi juga untuk mengajak masyarakat luas agar menaruh perhatian dan cinta pada anak-anak ini. Aku berharap cinta kalian layaknya bunga ini yang mampu menghibur hati yang terluka dan menyembuhkan setiap perasaan sakit.
Bao Ni terlihat ragu. Namun, melihat kondisi Qi Qi yang terlihat sangat teraniaya karena ulah Bo Hai, membuat dirinya tidak bisa menahannya lagi. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi ia tidak yakin harus mengatakannya atau tidak. Sambil mengaduk nasinya, Qi Qi menyuruh Bao Ni mengatakannya saja karena mereka sudah seperti saudara.
Orang-orang berkata Bo Hai adalah orang yang kejam, licik, berhati dingin, dan bengis. Sekilas Qi Qi terdiam, sementara Mo Nan mengangguk seolah merasa perkataan itu cukup masuk akal.
Bao Ni mengatakan itu dengan berhati-hati karena takut Qi Qi merasa kecewa. Sebenarnya, Bao Ni sudah mencurigai hal tersebut dari awal. Namun, ketika ia tahu bagaimana mereka berdua diperlakukan Bo Hai hari ini, ia berpikir mungkin saja apa yang dikatakan orang-orang adalah benar.
Qi Qi masih tidak percaya dengan omongan itu. Ia menduga mereka pasti pernah mendapatkan sanksi oleh tim manajemen, maka dari itu mereka membicarakan Bo Hai di belakang.
Bao Ni menghela nafas. Ia tidak setuju, ada hal lain yang perlu Qi Qi perlu ketahui mengenai citra Bo Hai di kalangan pegawai Flower Plus.
"Apa kau tahu julukan apa yang mereka berikan pada Bo Hai?"
Qi Qi menggeleng pelan.
Ternyata bukan hanya itu saja julukan Bo Hai. Mo Nan yang diam-diam mengetahui sesuatu akhirnya ikut membuka suara.
Qi Qi terhenyak. Dalam lamunannya, Bo Hai telah berubah menjadi bunga piranha dan kemudian menggigitnya.
"Aku tak percaya!', teriak Qi Qi tiba-tiba.
Qi Qi masih berusaha menolak gosip itu. Mungkin mereka melakukan itu karena belum mengenal Bo Hai dengan baik. Qi Qi kemudian memilih untuk menyantap makanannya dengan lahap daripada berpikir yang tidak-tidak.
Bao Ni bertanya pada Qi Qi lalu apa Qi Qi mengenal Bo Hai dengan baik? Ia khawatir jika Qi Qi memiliki persepsi yang salah mengenai Bo Hai. Qi Qi tak bergeming ia masih menyantap makanannya dengan lahap.
Sebenarnya, semua yang dikatakan kedua temannya tidak Qi Qi tolak mentah-mentah. Ia merenung sesaat dan terlihat murung. Bagaimana jika persepsinya terhadap Bo Hai tidak seperti yang ia bayangkan selama ini?
Di kamarnya, Qi Qi memandangi poster Bo Hai dengan galau. Ia kemudian terkejut karena sosok Bo Hai dalam poster itu bergerak dan tersenyum padanya.
Namun, sejurus kemudian ekspresi Bo Hai berubah menakutkan layaknya sebuah monster yang menggeram padanya. Qi Qi dengan cepat memejamkan matanya untuk menghilangkan pikiran itu dan menggelengkan kepalanya, meyakinkan diri bahwa ia tidak bisa percaya omongan orang begitu saja.
Namun, sejurus kemudian ekspresi Bo Hai berubah menakutkan layaknya sebuah monster yang menggeram padanya. Qi Qi dengan cepat memejamkan matanya untuk menghilangkan pikiran itu dan menggelengkan kepalanya, meyakinkan diri bahwa ia tidak bisa percaya omongan orang begitu saja.
Ia bertanya-tanya pada Bo Hai, apakah ia pria yang baik atau justru pria yang buruk. Bo Hai dalam poster hanya tersenyum manis.
Qi Qi masih ingin tahu siapa Bo Hai sebenarnya. Ia mengingat semua kenangannya di dunia mimpi, saat Bo Hai menyanggupi permintaannya untuk mencium dirinya agar bisa selamat dari masa kritis, saat menaiki kumbang raksasa bersama-sama, saat bermain di dalam kastil dengan membuat bentuk dari bayangan jari tangan.
Qi Qi tersenyum setelah mengenang kenangan-kenangan manis itu. Ia percaya bahwa senyum manis yang Bo Hai tunjukkan di mimpi adalah senyum dari seorang pangeran baik yang penuh dengan kasih sayang. Tidak ada sebutan Bunga Piranha untuk Bo Hai. Ia meyakinkan dirinya sendiri. Tidak seharusnya ia meragukan Bo Hai dan melukainya dengan percaya omongan orang-orang begitu saja.
Qi Qi masih ingin tahu siapa Bo Hai sebenarnya. Ia mengingat semua kenangannya di dunia mimpi, saat Bo Hai menyanggupi permintaannya untuk mencium dirinya agar bisa selamat dari masa kritis, saat menaiki kumbang raksasa bersama-sama, saat bermain di dalam kastil dengan membuat bentuk dari bayangan jari tangan.
Qi Qi tersenyum setelah mengenang kenangan-kenangan manis itu. Ia percaya bahwa senyum manis yang Bo Hai tunjukkan di mimpi adalah senyum dari seorang pangeran baik yang penuh dengan kasih sayang. Tidak ada sebutan Bunga Piranha untuk Bo Hai. Ia meyakinkan dirinya sendiri. Tidak seharusnya ia meragukan Bo Hai dan melukainya dengan percaya omongan orang-orang begitu saja.
Qi Qi akhirnya menguap dan memutuskan untuk tidur. Namun, sebelum itu ia menyapa Bo Hai terlebih dahulu, mungkin untuk berpamitan tidur lol.
Di dapur, Ibu Qi Qi sepertinya sedang kesal pada ayah Qi Qi karena suatu hal. Ia meminta penjelasan hari ini juga dan tidak mau melewatkannya.
Mendengar suara ribut diluar, membuat Qi Qi tak bisa tidur dan mengganti posisinya berulang kali dengan gelisah. Tak tahan mendengar keributan itu lagi, akhirnya Qi Qi memutuskan keluar dan menghampiri mereka.
Mendengar suara ribut diluar, membuat Qi Qi tak bisa tidur dan mengganti posisinya berulang kali dengan gelisah. Tak tahan mendengar keributan itu lagi, akhirnya Qi Qi memutuskan keluar dan menghampiri mereka.
Qi Qi mengeluhkan mereka yang berisik di malam hari. Ibunya langsung mengadu pada Qi Qi mengenai ayahnya yang memberikan diskon 20% pada ibu wortel (ibu di episode 1).
Qi Qi membuka mulutnya keheranan. Ibunya mengomel lagi, masalahnya ayah Qi Qi adalah tipe orang yang luar bisa pelit. Jika ayahnya memberikan diskon pada setiap orang itu bukanlah suatu masalah bagi ibu Qi Qi, tapi kenapa ayah Qi Qi selalu memberikan diskon pada ibu wortel saja? Itu tidak normal sama sekali! Ibu Qi Qi yakin pasti ada suatu masalah disini.
Qi Qi membuka mulutnya keheranan. Ibunya mengomel lagi, masalahnya ayah Qi Qi adalah tipe orang yang luar bisa pelit. Jika ayahnya memberikan diskon pada setiap orang itu bukanlah suatu masalah bagi ibu Qi Qi, tapi kenapa ayah Qi Qi selalu memberikan diskon pada ibu wortel saja? Itu tidak normal sama sekali! Ibu Qi Qi yakin pasti ada suatu masalah disini.
Dengan jujur, ayah Qi Qi menjelaskan situasi sebenarnya. Ia melakukan itu karena kalah bermain catur kemarin dengannya selama tiga putaran berturut-turut. Ibu Qi Qi sudah tahu persis bagaimana sifat ibu wortel. Kemarin ia datang ke toko dan tidak akan berhenti mengganggunya sebelum ayah Qi Qi menurunkan harga. Ia terus berteriak diskon dan ocehannya berdengung di telinganya. Itu semua membuatnya gila, jadi ia tidak punya pilihan lain selain memberikan diskon.
Ayah Qi Qi sangat terkejut mendengar hal itu sampai membelalakan matanya dan membuka mulutnya lebar.
Qi Qi dengan santai mengutarakan kesimpulan atas permasalahan ini. Terkadang ketika seseorang dipenuhi dengan emosi, sulit baginya untuk terhindar dari bersikap impulsif. Misal saja mengenai bosnya hari ini (Bo Hai) yang sedang mempunyai mood buruk, maka dari itu ia mengucapkan hal-hal yang kurang menyenangkan. Intinya, ia meminta ibunya untuk tidak bereaksi berlebihan karena pada dasarnya moodnya mungkin sedang buruk.
Qi Qi dengan santai mengutarakan kesimpulan atas permasalahan ini. Terkadang ketika seseorang dipenuhi dengan emosi, sulit baginya untuk terhindar dari bersikap impulsif. Misal saja mengenai bosnya hari ini (Bo Hai) yang sedang mempunyai mood buruk, maka dari itu ia mengucapkan hal-hal yang kurang menyenangkan. Intinya, ia meminta ibunya untuk tidak bereaksi berlebihan karena pada dasarnya moodnya mungkin sedang buruk.
Ibu Qi Qi tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia memberikan catatan toko dengan kasar pada ayah Qi Qi dan memilih untuk langsung pergi dari sana. Sambil berjalan pergi, ibu Qi Qi berkali-kali berceloteh bahwa ia sangat marah.
Setelah melihat pertengkaran kedua orang tuanya karena suatu kesalahpahaman yang sepele, Qi Qi menjadi merenung. Ia merasa Bo Hai sangat mirip dengan ayahnya saat menghadapi masalah, ia akan memilih melakukan sesuatu yang masuk akal.
Keesokan paginya, ketika Qi Qi sibuk menyemprotkan air ke bunga di toko, Kak Qian tiba-tiba datang menghampirinya untuk menanyakan kejadian kemarin saat Qi Qi dan Mo Nan diperlakukan Bo Hai dengan buruk. Qi Qi berkata itu hanyalah omong kosong belaka dan bertanya siapa yang telah mengatakan hal itu.
Kak Qian meminta Qi Qi untuk tidak usah berpura-pura karena Mo Nan telah mengatakan semuanya padanya. Bahkan Mo Nan meminta libur karena sudah terlalu banyak bekerja.
Qi Qi menimang-nimang apa yang sebaiknya dia katakan. Sebenarnya. ia dan Mo Nan membuat sedikit masalah bagi mereka sendiri. Bo Hai pasti sedang dalam suasana hati yang buruk kemarin.
Kak Qian menanggapi dugaan Qi Qi, jika itu benar maka Bo Hai pasti tidak pernah berada dalam suasana hati yang baik.
Manajer toko datang dan mengumumkan sesuatu. Untuk acara amal Flower Plus yang akan diselenggarakan besok, dengan khusus Bo Hai memilih toko mereka sebagai tempatnya.
Qi Qi membelalakan matanya senang. Manajer toko juga memperingatkan mereka untuk melakukan yang terbaik dan tidak membuat kesalahan karena akan ada banyak tamu terhormat dan wartawan yang akan datang. Salah satu staff lain mengangkat tangan untuk bertanya,
Manajer toko menjawab tentu saja CEO Bo akan datang. Fakta itu tentu saja membuat Qi Qi semakin gembira. Manajer toko juga memberitahu bahwa arrangement untuk buket amal didesain sendiri oleh Bo Hai. Manajer toko kemudian meminta semua orang untuk kembali bekerja.
Di halaman kantor pusat Flower Plus, seorang pria bersetelan jas terlihat sedang menunggu seseorang dengan membawa sebuket besar bunga mawar merah. Ia adalah Simon, mantan pacar Bao Ni yang ia putuskan saat hari jadi yang ke-dua bulan.
Bao Ni yang baru datang menyadari keberadaan Simon dari kejauhan. Ia terlihat terkejut dan kesal karena Simon masih mengejarnya. Belum sempat menghindar, Simon sudah menyadarinya dan melambaikan tangan pada Bao Ni. Alhasil, semua orang menjadi memperhatikan mereka dan iri karena Bao Ni begitu beruntung.
Sementara Bao Ni merasa sangat kesal dan berniat pergi dari sana sebelum akhirnya dicegat oleh Simon. Ia meminta Bao Ni untuk melihat buket bunga yang ia bawa. Akhirnya, Bao Ni membawa Simon ke sebuah cafe terbuka.
Bao Ni yang baru datang menyadari keberadaan Simon dari kejauhan. Ia terlihat terkejut dan kesal karena Simon masih mengejarnya. Belum sempat menghindar, Simon sudah menyadarinya dan melambaikan tangan pada Bao Ni. Alhasil, semua orang menjadi memperhatikan mereka dan iri karena Bao Ni begitu beruntung.
Sementara Bao Ni merasa sangat kesal dan berniat pergi dari sana sebelum akhirnya dicegat oleh Simon. Ia meminta Bao Ni untuk melihat buket bunga yang ia bawa. Akhirnya, Bao Ni membawa Simon ke sebuah cafe terbuka.
Bao Ni dengan percaya diri mengakui bahwa ia mempunyai pacar baru dan ia tidak becanda soal itu.
Simon tidak percaya begitu saja. Hal itu membuat Bao Ni semakin tertuntut untuk menemukan cara agar Simon bisa percaya padanya sehingga tidak mengganggunya lagi.
Bao Ni kemudian ijin ke toilet. Disana ia menghubungi Mo Nan. Ternyata mereka sudah merencanakan sesuatu sebelumnya. Bao Ni menyuruh Mo Nan untuk cepat datang. Ia juga meminta Mo Nan untuk melakukan bagiannya dengan baik, jangan gugup, dan jangan demam panggung. Ia memberi semangat Mo Nan, menyuruhnya melakukan yang terbaik seolah akan memenangkan piala Oscar.
Bao Ni kembali menemui Simon. Begitu Bao Ni datang Simon langsung mengutarakan perihal dirinya yang memikirkan baik-baik hubungan mereka saat Bao Ni pergi ke toilet. Setelah mempertimbangkan semua hal, ia merasa mereka masih cocok satu sama lain. Bao Ni mendengarkan penjelasan Simon dengan ogah-ogahan. Apalagi ketika Simon menyebutkan mengenai pekerjaan, pendidikan, dan tentu saja penampilan yang ia miliki, Bao Ni sudah lelah mendengarkan semua omongan itu.
Seseorang datang dari arah sisi cafe dengan mengenakan setelan jas hitam rapi dan sepatu kets hitam yang mengkilap. Ia tidak lain dan tidak bukan adalah Mo Nan. Agar terlihat keren, ia berjalan dengan berwibawa dan memasukkan salah satu tangannya di saku celana. Bao Ni menyadarinya dan langsung mengangkat kepalanya.
Mo Nan memanggil Bao Ni yang secara otomatis membuat Simon juga ikut menoleh.
Sebagai 'pacarnya', Mo Nan meminta maaf pada Bao Ni karena membuat ia menunggu. Hal itu dikarenakan ia baru saja menghadiri rapat besar di perusahaan. Mo Nan bahkan mengatakan itu dengan memegang lembut bahu Bao Ni, yang sukses membuat Simon melirik tak suka. Bao Ni tersenyum.
Tak sampai disitu sandiwara Mo Nan. Ia mengajak Simon untuk berjabat tangan agar Mo Nan bisa menunjukkan jam tangan mahal yang dikenakannya. Simon yang begitu membanggakan hartanya berhasil terpancing karena hal itu, air mukanya sekilas terkejut.
Tak ada yang bisa Simon lakukan selain menjabat tangannya balik. Mo Nan memperkenalkan dirinya sebagai pacar Bao Ni, lagi-lagi Simon tersenyum tak percaya setelah mendengar hal itu.
Setelah duduk, Mo Nan menggenggam tangan Bao Ni di atas meja. Bao Ni tersenyum mengakui (kehebatan akting Mo Nan).
Mo Nan bertanya pada Simon apa ia bekerja di Weitesitong? Simon mengiyakan, Weitesitong adalah bank investasi terbesar di Asia. Ia bertanggung jawab pada AI dan analisis Big Data untuk wilayah Asia Timur.
Mo Nan terlihat cukup kaget dan mengkode Bao Ni untuk menanyakan kebenaran hal itu. Bao Ni tersenyum mengiyakan.
Namun, Mo Nan tak mau kalah. Ia mengatakan semua pekerjaan Simon berada di bawah kendalinya. Simon mempertanyakan maksud Mo Nan. Mo Nan dengan tenang menjawab alasannya, ia biasanya berada di kantor pusat Singapura, maka tidak heran jika ia belum pernah melihat Simon sebelumnya. Simon seperti memakan permen nano-nano.
Akhirnya, Bao Ni membuka suara dengan mengatakan mengenai Mo Nan yang juga bekerja di Weitesitong, lebih tepatnya ia menjabat sebagai seorang manajer kepala disana. Mo Nan memotong pembicaraan Bao Ni untuk membetulkan 'jabatan' yang sebenarnya yaitu seorang direktur senior.
Simon tertawa tak percaya begitu mendengarnya.
Bao Ni kembali menemui Simon. Begitu Bao Ni datang Simon langsung mengutarakan perihal dirinya yang memikirkan baik-baik hubungan mereka saat Bao Ni pergi ke toilet. Setelah mempertimbangkan semua hal, ia merasa mereka masih cocok satu sama lain. Bao Ni mendengarkan penjelasan Simon dengan ogah-ogahan. Apalagi ketika Simon menyebutkan mengenai pekerjaan, pendidikan, dan tentu saja penampilan yang ia miliki, Bao Ni sudah lelah mendengarkan semua omongan itu.
Sebagai 'pacarnya', Mo Nan meminta maaf pada Bao Ni karena membuat ia menunggu. Hal itu dikarenakan ia baru saja menghadiri rapat besar di perusahaan. Mo Nan bahkan mengatakan itu dengan memegang lembut bahu Bao Ni, yang sukses membuat Simon melirik tak suka. Bao Ni tersenyum.
Tak ada yang bisa Simon lakukan selain menjabat tangannya balik. Mo Nan memperkenalkan dirinya sebagai pacar Bao Ni, lagi-lagi Simon tersenyum tak percaya setelah mendengar hal itu.
Setelah duduk, Mo Nan menggenggam tangan Bao Ni di atas meja. Bao Ni tersenyum mengakui (kehebatan akting Mo Nan).
Mo Nan bertanya pada Simon apa ia bekerja di Weitesitong? Simon mengiyakan, Weitesitong adalah bank investasi terbesar di Asia. Ia bertanggung jawab pada AI dan analisis Big Data untuk wilayah Asia Timur.
Mo Nan terlihat cukup kaget dan mengkode Bao Ni untuk menanyakan kebenaran hal itu. Bao Ni tersenyum mengiyakan.
Simon tertawa tak percaya begitu mendengarnya.
Simon mencoba membela Bao Ni yang sebenarnya tak suka membicarakan pekerjaan. Simon juga berusaha memamerkan apa yang dia tahu soal Bao Ni. Bao Ni suka exercising, jadi tempat dimana mereka bertemu pertama kali adalah di gym.
Mo Nan tak mau kalah, ia berarti cocok dengan Bao Ni karena mereka sama-sama suka berolahraga, namun karena ia terlalu sibuk ia tidak bisa melakukannya akhir-akhir ini. Untuk membuktikan bahwa ia atletis, Mo Nan bahkan me-mention dirinya yang memenangkan medali emas pada kejuaraan Marathon Amatir Amerika tiga tahun berturut-turut saat ia masih kuliah.
Simon sudah tak tahan lagi, akhirnya ia mengambil handphonenya untuk mencari tahu. Bao Ni panik karena hal itu dan mengkode Mo Nan, tapi Mo Nan menenangkannya, memintanya untuk tidak usah cemas.
Sepertinya Simon sudah selesai memeriksa dan melirik ke arah Mo Nan. Ia mendesah dan menaruh handphonenya di meja. Bao Ni dibuat penasaran karena hal itu, namun setelah melihat ekspresi kesal Simon, berarti itu bukanlah masalah.
Giliran Bao Ni yang bersandiwara. Ia menaruh satu tangannya di atas tangan Mo Nan yang menggenggam tangannya yang lain. Ia mengaku dirinya yang tersadar mengenai gaya hidupnya yang palsu dan sok tahu setelah bertemu dengan Mo Nan. Mo Nan gantian menaruh tangannya setelah itu.
Akhirnya Simon menyerah dan berjanji tidak akan mengganggu mereka berdua lagi. Ia bahkan mendoakan kebahagiaan mereka berdua walaupun mengatakannya dengan muka yang pahit. Mo Nan berterima kasih dan Simon pun pergi dari sana.
Begitu dirasa Simon sudah berjalan pergi cukup jauh, mereka langsung melepaskan genggaman tangan mereka dan menarik nafas lega bersama-sama.
Namun, itu tak berlangsung lama karena Simon kembali untuk mengambil buket bunga mawarnya.
Karena hal itu, Bao Ni dan Mo Nan langsung menggenggam tangan satu sama lain. Setelah mengambil bunganya kembali, Simon memberikan buket itu pada pelayan wanita disana.
Bao Ni terkejut karena menemukan artikel itu. Mo Nan menyuruhnya berhenti melihatnya karena ia sendiri yang membuatnya. Ia memuji Mo Nan dengan nada menyindir soal kemampuan sandiwaranya yang bahkan tidak bisa ia bedakan. Tentu saja itu karena Mo Nan adalah bintang di klub drama saat ia kuliah. Ia bahkan berhasil mendapatkan sebuah penghargaan. Bao Ni tersenyum bangga dan mengakuinya.
Bao Ni bahkan memuji penampilan Mo Nan yang totalitas, memakai jas rapi dan jam tangan mewah. Mo Nan mengaku meminjam jas itu dari temannya sementara untuk jam tangan, itu adalah barang palsu yang sangat sulit dibedakan dengan yang asli.
Di toko bunga, Qi Qi sudah bersiap untuk pulang. Namun, ia mendengar seseorang berteriak dari arah gudang penyimpanan. Jadi ia langsung berlari menghampirinya untuk mengetahui apa yang terjadi.
Kak Qian belum pernah menghandel bunga itu sebelumnya sehingga membuat batang bunga itu tidak bisa menyerap air. Tidak ada solusi lain selain membuang bunga itu dari buket tapi masalahnya acara amal dilakukan besok pagi. Jika Bo Hai mengetahui hal ini, pasti dia akan sangat marah. Kak Qian benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Qi Qi mencari cara dan melihat sekitar. Ia memutuskan mengambil bunga krisan putih kecil dari rak. Setelah menyandingkan kedua bunga itu, Qi Qi berpikir mereka cukup mirip jadi ia memutuskan untuk mengganti bunga anggrek cattleya yang telah layu dengan bunga krisan itu.
Kak Qian bertanya apa yang Qi Qi lakukan. Qi Qi menenangkan Kak Qian. Walaupun sekarang ia seorang karyawan toko, tapi ia melamar kerja di Flower Plus sebagai seorang florist. Ia berpendapat tidak ada solusi lain selain menggunakan bunga krisan sebagai penggantinya.
Qi Qi menunjukkan satu buket yang berhasil ia perbaiki. Kak Qian memuji buket itu sangat mirip dengan sebelumnya. Ia berterima kasih karena hal itu. Qi Qi menyarankan untuk melakukan hal itu pada buket-buket yang lain.
Qi Qi mengajarkan bagaimana merapikan daun bunga sebelum disertakan dalam buket. Kak Qian memperhatikannya dengan sungguh-sungguh.
Keesokan paginya, kita mendapati mereka tertidur di sofa karena bekerja sepanjang malam.
Xin Yan memberikan pidato pembukaan. Ia menjelaskan mengenai konsep acara ini yang berupa penjualan amal dari buket-buket bunga yang Bo Hai arrange sendiri. Flower Plus selalu memperhatikan pertumbuhan anak-anak, terlebih CEO mereka adalah duta besar khusus untuk yayasan anak-anak. Semua pendapatan dari acara ini akan disumbangkan ke Rumah Kesejahteraan Anak Kota.
Kita bisa melihat buket yang sebelumnya diletakkan dalam vas berisi air sekarang telah dibungkus dengan kertas berwarna biru-hijau.
Xin Yan memanggil Bo Hai dan anak-anak untuk naik ke atas panggung. Semua orang bertepuk tangan.
Dengan lembut, Bo Hai menyambut anak-anak yang naik ke atas panggung. Ia bahkan menolong seorang anak yang terjatuh karena tersandung dengan sangat perhatian. Qi Qi memandangi semua itu dengan wajah berseri-seri. Xin Yan memberikan pengumuman mengenai anak-anak tersebut yang akan mempersembahkan sebuah lagu.
Nyanyian selesai dan semua orang bertepuk tangan dengan meriah. Qi Qi melihat Bo Hai dengan pandangan kagum, sementara Mo Nan seperti biasa keheranan melihat kekaguman Qi Qi pada Bo Hai.
Seorang anak laki-laki menghampiri Bo Hai dan memakaikan sebuah kalung buatan mereka sendiri pada Bo Hai. Bo Hai mengucapkan terima kasih dan menyuruh anak itu kembali ke tempatnya dengan lembut. Ia tak bisa menahan senyum sumringah di wajahnya.
Sekarang, saatnya buket itu dikeluarkan. Xin Yan memberikan pengumuman mengenai buket itu yang diberi nama 'love hug'. Kak Qian langsung gelisah karena hal itu. Tapi terlebih dahulu, Xin Yan meminta Bo Hai untuk mengucapkan beberapa patah kata. Bo Hai berjalan ke sisi yang lain untuk menghampiri standing mic. Ia memulai pidatonya:
Mo Nan bahkan menyuruh Qi Qi untuk mengelap air liurnya lol.
Kak Qian menyadari hal itu dan langsung menunduk. Qi Qi juga merasakan hal yang sama, jadi ia langsung memberikan bunga itu cepat pada Bo Hai dan berlari berlindung di belakang Mo Nan karena ketakutan. Chen Mo menyadari ada yang salah dan merasa hal buruk mungkin saja akan terjadi.
Benar saja, setelah acara itu selesai, Bo Hai melemparkan buket itu ke atas meja dengan keras. Ia meminta penjelasan apa yang terjadi.
Manajer toko membela diri dengan mengatakan mengenai dirinya yang sudah memeriksanya sebelum pulang dari toko kemarin. Qi Qi hendak menjelaskan tapi Kak Qian memotongnya dengan mengatakan bahwa itu adalah kesalahannya.
Bo Hai memuji alasan itu sebagai alasan yang bagus.
Sekali lagi, Kak Qian meminta maaf sambil menahan tangis. Ia tidak melakukannya dengan sengaja dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Ia memohon agar Bo Hai mengampuninya.
"Kau dipecat"
Welcome to another side of our Bo Hai!!>.< LOL
Komentar:
Fyi, jarak umur Qi Qi dan Bo Hai itu lima tahun. Di episode 1 kita bisa lihat di CVnya kalau Qi Qi kelahiran 95. Sekarang (anggap tahun 2018), umur Qi Qi 23 sementara di part 1, Chen Mo bilang kalo Bo Hai umur 28 hahaha jadi otomatis dia kelahiran 90. Dari awal sebenernya aku rada bingung sama timeline mereka, kalo aku kasih tahu alesannya ntar spoiler dong ehehehe.
Oh soal Flower Plus, ternyata mereka didirikan tahun 2015 oleh Aaron Wang (Wang Ke). Katanya dia terinspirasi saat dia liburan ke Eropa dan lihat sendiri kalau 'bunga' udah jadi bagian dari hidup orang-orang disana. Flower Plus ini adalah pencetus e-commerce bunga melalui aplikasi WeChat dan yang bikin kaget mereka udah menarik 9 juta pengguna. Jadi, pengguna cukup pesan melalui aplikasi WeChat dan tara! Setiap minggu akan ada seseorang yang mengetuk pintu untuk mengirimkan bunga.
Bunga yang datang dikemas dalam sebuah kardus panjang. Pembeli bisa mengatur bunganya sendiri atau bisa juga sudah dalam bentuk jadi. Ini salah satu website, dimana salah satu usernya mengulas pengalaman dirinya mengorder bunga di Flower Plus. Kalian bisa lihat produk Flower Plus di situs resmi mereka. Btw, situsnya keren kalo kalian buka tab yang keempat (versi web) kalian bisa lihat video promosi mereka otomatis keputer. Itu video soal distribusi bunga mereka dari mulai di kebun sampai pengemasan. Di artikel terbaru (Juli 2018), pendapatan mereka di tahun 2017 mencapai 100 juta US dolar! Kalian bisa klik artikel itu dan baca wawancara mereka sama CEO Flower Plus. Ada fotonya juga loh!
Mereka juga mempunyai ladang bunga sendiri seluas 10.000 meter persegi di Yunnan. Nantinya bunga-bunga itu akan didistribusikan ke pusat distribusi milik Flower Plus yang berada di Beijing, Shanghai, Shenzen, Wuhan, Ji'nan, dan Chengdu. Mereka juga membentuk sistem tracking logistik sendiri untuk mengantarkan bunga kepada kostumer, bekerja sama dengan lebih dari 20 jasa pengiriman (kalo di Indonesia kaya JNE, J&T, dsb). Flower Plus juga pernah membeli 70 juta batang bunga hanya dalam waktu tiga bulan tahun lalu hahahaha, pembelian bunga oleh perusahaan bunga terbanyak yang pernah ada di China.
Aku palik syok karena ternyata pabriknya(?) segede itu. Mungkin ini buat pengemasan dan pendistribusian kali ya. Dan ternyata banyak yang investasi di Flower Plus ada 5 kalo gak salah hehe. Pokoknya Flower Plus jauh lebih gede dari yang aku bayangin!!
Cukup segini aja dulu. Kalo ada informasi lagi aku bagi-bagi kok haha!
See you on the next post! Pai pai~
Bersambung di Sinopsis Sweet Dreams Episode 5 Part 1~
Hai, salam kenal. Aku udah ngikutin ceritanya dari awal, tapi maaf banget, baru sempat komen sekarang, hehe >_< Baru nemu blog sinopsis yang keren gini. Suka banget, apalagi pas baca komentarnya. Makasih banyak ya udah membuat sinopsisnya :))
ReplyDeleteWaaaa makasih banyakðŸ˜ðŸ˜
DeleteAku bener2 tersentuh!!!
Suka aja share sesuatu yang bisa nambah wawasan orang-orang hehehe
Moga aja gak kapok ngikutin ya karena vakum sebulan kemarin😞