Sebenarnya memasak dan floristry adalah sama. Kau tidak hanya harus menggunakan tangan dan otakmu, tapi kau juga harus menaruh hati dan emosimu terhadapnya. - Ling Ling Qi
Xiao Yi mengikuti Bao Ni dari belakang, dengan antusias dia menanyakan makanan apa yang akan mereka santap kali ini, misalnya makanan Thailand atau Sichuan. Xiao Yi juga menawarkan untuk pergi ke pusat kota karena ada banyak pilihan makanan disana. Namun Bao Ni tiba-tiba berkata ia tidak ingin pergi. Mendengar itu tentu saja membuat Xiao Yi kebingungan, masalahnya Bao Ni sendiri yang mengajaknya makan bersama karena ingin mengucapkan sesuatu padanya.
Bao Ni yang memang sengaja mengajak Xiao Yi pergi hanya untuk memanas-manasi Mo Nan, berusaha mencari suatu hal yang bisa dia sampaikan pada Xiao Yi. Alih-alih mengatakannya saat makan, ia bisa mengatakannya sekarang juga.
"Dalam penilaian kerja enam-bulanan, kau hampir terbawah di departemenmu. Coba untuk lebih berusaha lagi. Hanya itu,' ucap Bao Ni cepat-cepat pergi dari sana.
Xiao Yi tak terima dan berusaha menagih janjinya, bukankah ia bilang mereka akan pergi makan bersama?
Duo sahabat kita sedang mengalami mood yang berbeda, sekarang mereka tengah berada di rumah kaca utama sibuk dengan pikirannya masing-masing. Walaupun ucapan mereka saling bersahutan, tapi perkataan keduanya sama sekali tidak berhubungan.
Qi Qi membahas anggapannya yang salah terhadap Bo Hai selama ini, sekarang semua kesalahpahaman telah dibersihkan. Sementara Bao Ni sendiri membahas dirinya yang mungkin salah paham terhadap perasaannya.
Qi Qi melanjutkan, ia telah salah menuduh Bo Hai selama ini, sedangkan Bao Ni mengungkapkan soal otaknya yang kebingungan karena sudah terlalu lama melajang. Qi Qi dengan tekadnya yang kuat ingin mengejar Bo Hai lagi dari sekarang. Sekarang waktunya untuk mencari seorang pacar!
"Perasaanku pada Bo Hai tidaklah sama dengan sebelumnya, memujanya seperti idola yang jauh tinggi di atasku. Sekarang, ini benar-benar cinta sejati."
Bao Ni tersadarkan akan ucapan Qi Qi, cinta?! Qi Qi mengucapkan tekadnya dengan menggebu-gebu, karena Bo Hai ia bisa menjadi terbaik yang ia bisa. Maka dari itu, ia akan mengejar cintanya dengan penuh keberanian!
Bao Ni merasa ada yang janggal dengan ucapannya, Qi Qi seolah-olah telah mendapatkan cintanya padahal dimulai saja belum. Menurutnya ungkapan itu terlalu dini untuk diucapkan. Qi Qi hanya tersenyum menyadarinya lol.
Bao Ni memberi nasehat pada Qi Qi sebagai pihak yang sudah berpengalaman dalam dunia perkencanan. Seorang wanita yang tinggal memiliki halangan sebuah kerudung pernikahan pun masih perlu memperhatikan taktik untuk pasangannya.
"Kau tidak boleh bergegas dan menerkamnya secara membabi buta. Kau harus menemukan momen yang tepat untuk memamerkan pesonamu, membiarkan targetmu secara bertahap jatuh cinta padamu."
Bao Ni memiliki begitu banyak pengalaman dalam bidang ini, ia dengan senang hati akan melayani Qi Qi sebagai penasehatnya.
Qi Qi begitu senang karena ada Bao Ni yang bisa dia andalkan. Namun setelah itu, Bao Ni dikagetkan dengan sebuah suara asing. Qi Qi tertawa canggung, nyatanya itu adalah suara perutnya sendiri yang keroncongan.
"Sebelum membicarakan soal cinta, biarkan aku makan dulu."
Mendengar itu, Bao Ni langsung mengumpatinya sebagai gila makan, sementara Qi Qi mengerutkan wajahnya karena ia benar-benar kelaparan.
Mo Nan menatap senang pada bola nasi di hhadapannya. Begitu melihat Qi Qi juga masuk ke dalam minimarket dimana itu juga bola nasi favorit Qi Qi, ia dengan cepat mengambil dua bola nasi yang tersisa dan menyembunyikan salah satu di antaranya.
Mo Nan memamerkan bola nasi yang ia dapatkan pada Qi Qi. Untung saja ia berhasil mengambil satu-satunya bola nasi yang tersisa. Qi Qi senang mendengarnya, ia benar-benar mengira Mo Nan menyimpan bola nasi itu untuk dirinya.
Begitu Qi Qi akan mengambil bola nasi itu dari tangannya, Mo Nan dengan sengaja memasukkannya ke dalam mulutnya sendiri. Ia memuji bola nasi itu yang sangat kenyal dan lezat. Qi Qi tentu saja kesal dengan ulah Mo Nan, memakinya keterlaluan dan memukulnya dengan sebuah roti sebelum pergi dari sana.
Mo Nan buru-buru memanggil Qi Qi untuk menunjukkan satu bola nasi yang sedari tadi ia sembunyikan. Dari awal ia memang sengaja mengambil bola nasi itu untuknya. Qi Qi tersenyum senang, harusnya memang begitu. Demi bola nasi, ia rela memaafkan Mo Nan atas trik yang telah ia mainkan padanya.
Mereka memakan bola nasi itu di kursi yang tersedia, terlebih dahulu mereka bersulang sebelum memakannya. Baru sesuap, Qi Qi menanyakan jam pada Mo Nan. Mo Nan melihat jam tangannya, pukul setengah satu siang.
Qi Qi terkejut menyadarinya, ia harus pergi sekarang karena sudah janjian dengan Xiao Yi untuk menemui seorang klien di jam satu siang. Qi Qi buru-buru pamit pada Mo Nan dan berlari keluar. Mo Nan mengingatkannya untuk pelan-pelan saja karena ia baru saja makan.
"Perutmu bisa sakit,' ucap Mo Nan tak bisa menahan senyum memperhatikan Qi Qi. Ia kemudian menyadari Ji Bin telah menunggunya di luar dengan mobilnya.
Ji Bin mengungkapkan Chungxiang tidaklah mengkritik Mo Nan atas kemunduran ini. William masih berharap Mo Nan bisa mengubah perilakunya dengan cepat dan menemukan jalan baru untuk menyerang Flower Plus. Mo Nan sendiri sadar, walaupun William tidak secara langsung menyalahkannya tapi bisa dibilang ia malah memberikan tekanan lebih.
Ji Bin menganggap itu adalah hal yang wajar, bukankah itu gaya William? Walaupun begitu, William sebenarnya memperlakukan Mo Nan dengan kasih sayang dan secara keseluruhan telah banyak memikirkannya.
Ji Bin kemudian ingat soal Ling Ling Qi yang banyak membantu Bo Hai di kompetisi, jika seperti ini secara tidak sadar ia telah bergabung dengan musuh mereka. Mo Nan tak sependapat, soal Ling Ling Qi yang membantu Bo Hai, itu hanyalah sebuah kebetulan semata.
Mendengar ucapan itu keluar dari mulut Mo Nan, itu cukup untuk membulatkan dugaan Ji Bin selama ini soal Mo Nan yang jatuh cinta pada Ling Ling Qi. Padahal Mo Nan sendiri pernah bilang padanya, jika orang-orang dalam bidang mereka tidak bisa terus sadar diri, sesuatu yang buruk akan terjadi. Jujur saja, ia mulai khawatir tentang hubungan Mo Nan dengan Ling Ling Qi.
Menurutnya, tidak menyadari Mo Nan telah membuat suatu kesalahan bukanlah hal yang terburuk, melainkan soal dirinya yang tidak mempunyai keberanian untuk memperbaiki kesalahan yang telah Mo Nan perbuat. Mo Nan meminta Ji Bin untuk tidak usah mengkhawatirkan hal itu karena ia tahu batasannya.
Qi Qi duduk di lounge lobi kantor Flower Plus sendirian, ia mengeluhkan soal Bao Ni yang sudah berjanji untuk menjadi penasehatnya namun sekarang ia belum juga keluar dari ruang konferensi selama dua jam ini. Ia kemudian ingat kalau ia bisa menggunakan ponselnya sebagai pengganti Bao Ni untuk menjadi 'penasehatnya'.
Qi Qi mengetikkan sebuah kata kunci di peramban, kurang lebih seperti bagaimana mendapatkan laki-laki pujaan. Ia kemudian membacakan hasil pencariannya,
"Jika kau ingin memenangkan seorang pria, maka menangkan perutnya terlebih dahulu."
Qi Qi tersenyum mendapatkan sebuah inspirasi, sudah jelas ia ahli dalam makan!
"Sepertinya aku harus mentraktirnya dengan makanan rumahan."
Bo Hai sedang merangkai bunga di rumah kaca pribadinya, sejenak memiringkan kepala merasa ada yang kurang dengan buketnya. Qi Qi kemudian muncul menjejerkan bunga delphinium biru pada buketnya. Bo Hai menerima bunga itu dan berterima kasih atas sarannya, lalu memotong batangnya untuk dipadukannya dengan rangkaian.
Karena Qi Qi masih disana dan seperti tidak memiliki urusan apapun, Bo Hai menoleh padanya dan menatapnya dengan sedikit kebingungan. Qi Qi tersadar dan menganggukan kepalanya beberapa kali, meminta Bo Hai untuk melanjutkan kegiatannya.
Tak lama Qi Qi akhirnya angkat bicara, ia menyebut soal Bo Hai yang berhasil selamat dari bencana dan keinginan Qi Qi sendiri juga sekarang telah terkabul. Maka dari itu, ia mengajak Bo Hai makan malam bersama untuk merayakan hal ini. Bo Hai berterima kasih atas niatan baik Qi Qi, tapi sayangnya ia sibuk malam ini.
Qi Qi masih berusaha membujuknya, makan malamnya tidak akan memakan waktu yang lama dan lagipula Bo Hai juga perlu makan malam. Bo Hai masih kekeh akan keputusannya, ia tidaklah lapar. Daripada makan malam, ia bisa menggunakan waktu itu untuk melakukan hal yang lain. Qi Qi menyerah, ia mengangguk dengan lesu.
Namun langit sepertinya sedang berada di pihaknya. Qi Qi terkesiap, tiba-tiba saja terdengar suara dari perut Bo Hai yang keroncongan. Bo Hai gugup seketika, dengan canggung ia menyanggupi ajakan Qi Qi karena tak memiliki pilihan lain. Kali ini perutnya lah yang telah mengkhianatinya.
"Dimana? Pukul berapa?" HAHAHAHAHA.
Qi Qi tersenyum senang, keberuntungan tengah berpihak padanya sekarang.
Saat Bo Hai akan pergi, Xin Yan memanggilnya. Ia mengajak Bo Hai untuk mengecek proposal musim berikutnya nanti di ruangannya. Bo Hai yang sudah menerima ajakan Qi Qi, meminta Xin Yan untuk membicarakan proposal itu besok pagi saja karena ia 'sibuk' malam ini. Xin Yan menatap kepergian Bo Hai dengan kebingungan, sebenarnya apa yang membuatnya begitu sibuk sampai menunda pekerjaannya.
Langkah pertama yang harus dilakukan Qi Qi adalah mengirim orang tuanya pergi. Begitu sampai rumah, ia langsung menemui orang tuanya yang sedang menjaga toko sembari menonton drama dari layar tablet. Qi Qi menunjukkan dua tiket film impor blockbluster, ia dengar visual effect-nya sangatlah menakjubkan.
"Kenapa kalian tidak pergi untuk menghabiskan waktu berdua?"
Ayah Qi Qi menolak tawaran putrinya, bahkan ia sendiri dan ibunya tidak memiliki cukup waktu untuk menonton drama yang sedang mereka tonton. Ia menganggap itu hanyalah sebuah pemborosan uang. Ibu Qi Qi sependapat, mereka tidak akan pergi ke bioskop.
Qi Qi semakin getol membujuk, ia membantah telah mengeluarkan uang untuk dua tiket itu.
"Ini dari perusahaan,' jawabnya asal. Dua tiket! Lihat! Ini gratis!
Terlebih, sangat sulit untuk mendapatkan tiket film itu.
Ayah Qi Qi hampir luluh, ia meminta istrinya untuk mempertimbangkannya. Ibu Qi Qi tidak menyanggupinya begitu saja. Ia menyebut soal Qi Qi yang tiba-tiba saja memberikan waktu berdua untuk mereka, lalu kapan Qi Qi akan mendapatkan waktu berdua dengan seorang pria?
Qi Qi tersenyum simpul, dalam hati mungkin ia menggumam, sekaranglah waktunya! Maka dari itu pergilah! Yang keluar dari mulutnya sebenarnya tidak berbeda jauh, setelah orang tuanya pergi, Qi Qi bisa mengkhawatirkan dirinya sendiri.
Ayah Qi Qi otomatis kebingungan dengan maksud perkataan putrinya. Qi Qi buru-buru menjelaskan bahwa itu bukanlah apa-apa. Ia segera mengambil tas ibunya dan mendorong mereka untuk segera pergi.
"Masih ada tiga puluh menit tersisa. Ibu, cepat. Kalian berdua bisa naik taksi untuk pergi kesana."
Sebelum benar-benar pergi, orang tuanya menitipkan toko mereka pada Qi Qi dan mengingatkannya untuk tidak salah menghitung harga. Qi Qi melambaikan tangannya kegirangan. Langkah pertama telah berhasil saatnya tahap kedua. Tentu saja sebelum itu, ia harus menutup toko.
Tahap kedua adalah membersihkan rumah, ia tidak mungkin membiarkan gebetannya masuk dengan keadaan rumah yang tidak cukup rapi dan bersih, terlebih dia adalah Bo Hai. Qi Qi dengan telaten mengepel lantai sampai ke kolong meja, membersihkan lemari dan mengelap kacanya.
Tahap selanjutnya adalah memasak makanan rumah dengan tangannya sendiri. Pertama-tama, Qi Qi mencuci semua sayuran, memotongnya, dan menumisnya. Setelah proses yang panjang, akhirnya semua menu telah berhasil ia selesaikan. Qi Qi menatap puas pada semua makanan yang telah ia sajikan di meja makan.
Sementara Bo Hai sendiri sudah sampai di kompleks perumahan Qi Qi. Karena tak tahu letak persisnya, gedung nomor lima-unit ketiga, ia menanyakan alamat itu pada ibu wortel yang kebetulan sedang berada di sekitar sana. Ibu wortel akan menjawabnya, tapi ia terhenti untuk menanyakan nomor rumahnya.
Saat Bo Hai menjawab nomor 202, ibu wortel terkejut, bukankah itu rumahnya Old Ling (ayah Qi Qi)? Ia langsung menanyakan jika saja Bo Hai mencari Ling Ling Qi, Bo Hai tentu saja membenarkan. Ibu wortel dengan sopan memberikan arahan pada Bo Hai, Bo Hai kemudian tersenyum berterima kasih.
Begitu Bo Hai pergi, ibu wortel langsung histeris. Ia tidak percaya seorang pria tampan telah tertarik dengan Ling Ling Qi. Sekejap kemudian ia memanggil seorang anak gendut yang sedang bermain disana (si unyu itu >.<) untuk dimintainya pendapat. Anak itu langsung menoleh padanya.
"Mungkinkah dia tertarik pada Ling Ling Qi?"
Anak itu dengan polosnya menggeleng, tidak lol. Ibu wortel menjadi sumringah kembali, mereka berdua memiliki pikiran yang sama!
Bo Hai mengetuk pintu rumah Qi Qi tepat saat ia sedang mencuci tangan. Ia buru-buru berjalan ke ruang tamu dan membukakannya pintu, namun segera ia tutup kembali saat sadar penampilannya masih acak-acakan setelah membersihkan rumah dan memasak makanan.
Setelah memastikan penampilannya sudah rapi, Qi Qi segera membuka pintu, bergelendotan disana dan menyapa Bo Hai dengan genit lol, lalu dengan sekuat tenaga menarik Bo Hai masuk ke dalam rumahnya.
Bo Hai begitu terkejut melihat berbagai macam makanan yang telah tertata rapi di meja makan. Apa Qi Qi sendiri yang membuatnya? Qi Qi mengiyakannya, tentu saja.
Bo Hai masih terkagum dengan menu yang disajikan, bagaimana ini disebut masakan sederhana? Ia kemudian menaruh mantelnya di sofa. Qi Qi membantah pertanyaan Bo Hai, semua yang dibuatnya adalah masakan sederhana karena ia memakannya setiap hari di rumah. Ia kemudian menarik sebuah kursi, menyilahkannya untuk duduk disana.
Hening, Qi Qi kemudian berinisiatif untuk memperkenalkan masakan-masakan yang telah ia buat. Pertama ada kari udang, persik dan tahu rebus, ramen teh, popcorn bumbu jinten, tumis nanas dengan mentimun.
"Juga, aku dengan khusus menyiapkan hidangan dingin ini untukmu, salad stick pedas,' ucapnya mengarah pada bahan cemilan favorit Bo Hai. Ia melanjutkan dengan nada menggoda,
"Kebahagiaan sederhana nan duniawi,' ucapnya menirukan perkataan Bo Hai saat ia mentraktirnya makanan sebelum kompetisi.
Bo Hai masih ragu jika ia masih bisa meninggalkan rumah Qi Qi hidup-hidup setelah memakan semua makanan ini. Qi Qi percaya diri untuk hal ini, ia malah takut Bo Hai tidak bisa berhenti makan.
Bo Hai mengambil satu potong wortel dari kari udang dan menggigitnya sedikit. Qi Qi menantikan responnya, bagaimana rasanya, enak kan? Bo Hai mengangguk berulang kali untuk mengiyakan, ia memasukkan semua potongan wortelnya setelah itu.
Qi Qi sudah tahu akan begitu jawabannya, setelah bertahun-tahun makan dan berlatih, semua ini adalah hidangan paling klasik. Semua masakannya jelas masterpiece yang ia buat setelah mendapatkan inspirasi.
"Sebenarnya, memasak dan floristry adalah hal yang sama. Mereka membutuhkan kreativitas. Ketika dihadapkan pada karya artistik, aku tidak pernah kekurangan kreativitas."
Qi Qi terus membicarakan masakannya, ia tidak sadar ketika Bo Hai memakan hidangan spesial yang ia buat alias salad stick pedas dan ekspresinya mulai berubah.
Qi Qi justru menduga Bo Hai terlalu menikmati makanannya karena saking lezatnya. Raut wajah Bo Hai semakin menjadi, wajahnya semakin mengernyit menahan sesuatu. Qi Qi keheranan dengan ekspresinya,
"Sangat enak sampai kau ingin menangis, kan?"
Bo Hai dengan susah payah menggumamkan sebuah kata yang sekaligus menjadi jawaban sebenarnya. Wasabi! Hahahahahahha.
Bo Hai sudah tak tahan, ia terlihat sangat kepedasan dan panik. Qi Qi memberikan sebuah tisu dan mengambil satu stick pedas dari piring, membauinya dan tertawa canggung, ia salah mengira minyak wasabi sebagai minyak wijen lol.
Celaka! Orang tua Qi Qi sudah kembali ke kompleks perumahan mereka. Ibu Qi Qi menyebut suaminya sangatlah kuno, semua yang dia lakukan hanyalah menjaga toko sembari menghitung uangnya. Ia bahkan tidak menonton film, begitu membosankan!
Ibu Qi Qi kemudian menyuruh suaminya untuk berjalan lebih cepat ke rumah, ia keluar dengan terburu-buru sehingga tidak sempat memakai pakaian yang tebal padahal cuaca sedang dingin. Seorang anak kecil melongo menyadari tragedi besar yang mungkin akan terjadi.
Sementara di rumah, setelah tragedi wasabi terlewati, Qi Qi meminta pendapat Bo Hai mengenai masakannya secara keseluruhan. Bukankah lebih enak dari makanan restoran mahal? Bo Hai mengangguk mengakui, ia belum pernah memakan makanan seenak ini sejak lama. Nice!
Qi Qi kembali menyamakan memasak dengan floristry. Bukan hanya menggunakan tangan dan otak tapi ia juga harus memasukkan hati dan emosi terhadapnya. Bo Hai mengangguk-angguk, kecuali untuk salad stick pedas. Qi Qi menolak untuk memasukkan hidangan itu, ia baru saja membuat masakan itu hari ini.
Saat Qi Qi menawarkan untuk menggoreng cemilan itu di kesempatan yang lain, Bo Hai menolak.
"Tumis?"
Bo Hai lagi-lagi menolak, ia tidak ingin menghancurkan cintanya terhadap cemilan stick pedas HAHAHAHA.
"Oke, oke"
Karena sekarang Bo Hai telah selesai makan, Qi Qi mengajaknya ke sebuah danau untuk membantu melancarkan pencernaannya. Ia tahu sebuah tempat dimana pemandangan seluruh kota bisa terlihat dari sana.
Qi Qi mulai usil, dengan perlahan ia menggerakkan jarinya untuk menggenggam tangan Bo Hai. Bo Hai menaikkan alisnya, tidak pernah menyangka Qi Qi akan seaktif itu. Lalu...
Sebuah gedoran pintu tiba-tiba terdengar, ibu Qi Qi berulang kali memanggil namanya untuk membukakan pintu. Bo Hai dengan polosnya menunjuk arah pintu seolah-olah menanyakan 'loh itu?'. Qi Qi terhenyak, ia segera melesat ke arah pintu. Ia benar-benar tidak menyangka orang tuanya akan kembali secepat ini.
Setelah menatap Bo Hai di hadapannya dan mencerna situasi, ia dengan panik menarik Bo Hai kesana kemari untuk menyembunyikannya, kanan-kiri, dapur-ruang tengah. Setelah beberapa saat dalam kebimbangan, Qi Qi akhirnya memutuskan menyembunyikan Bo Hai di kolong meja makan. Ia mendorongnya masuk beserta mantelnya, Bo Hai berusaha protes, kenapa ia harus sembunyi? (Ya gak papa lah biar sekalian ketemu calon mertua ye kann)
Setelah menarik nafas, Qi Qi segera membukakan pintu untuk kedua orang tuanya, tersenyum senang seolah tak ada apapun yang terjadi barusan. Hal yang pertama kali membuat ibu Qi Qi janggal tentu saja soal banyaknya makanan yang tersaji di meja makan. Qi Qi beralasan, ia hanya ingin merayakan dirinya yang dipromosikan menjadi seorang florist bersama kedua orang tuanya. Ia kemudian menanyakan kenapa orang tuanya yang pulang ke rumah sangat cepat, bukankah seharusnya pergi menonton film?
Ibu Qi Qi menyuruh putrinya untuk menanyakan hal itu pada ayahnya saja. Ayahnya dengan bangganya menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Jujur saja, mereka tidak suka menonton film, jadi ia menjual tiket yang Qi Qi berikan pada sebuah pasangan muda-mudi dengan harga diskon.
"Lalu, ibumu dan aku pulang ke rumah, bergandengan tangan untuk memamerkan cinta kami."
Selain itu mereka juga mendapatkan uang sebanyak 40 yuan. Itu sama saja membunuh dua burung dengan satu batu. Bukankah ia mengagumkan?
Qi Qi hanya tersenyum canggung sementara ibunya membantah kalau mereka telah memamerkan cinta mereka lol. Ibu Qi Qi sudah membujuknya untuk menontonnya saja, tapi ayahnya tetap saja menolak. Jadi, mereka memutuskan pulang ke rumah untuk makan. Qi Qi (sangat) menyesalkan keputusan kedua orang tuanya, harusnya mereka menonton filmnya saja.
Kejanggalan kedua berhasil terendus, ibunya heran karena ada dua mangkuk (apalagi terlihat seperti bekas) sudah ada di meja makan. Qi Qi mencari-cari alasan, ia hanya mengisi mangkuk-mangkuk itu dengan nasi sembari menunggu kedua orang tuanya pulang.
Qi Qi kemudian menawarkan untuk mengambil mangkuk yang lain dan mengajak kedua orang tuanya untuk duduk. Mengetahui kedua orang tua Qi Qi akan duduk di meja makan, Bo Hai dibuat panik seketika. Ia berusaha melangsingkan(?) badannya agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Setelah diambilkan nasi, ibu Qi Qi membahas tiket itu yang terasa mencurigakan bagi mereka berdua (karena Qi Qi mengatakan tiket itu dari perusahaan). Ia curiga jika Bo Hai ternyata mengisyaratkan sesuatu, mungkin saja dia ingin Qi Qi yang menontonnya, tapi Qi Qi malah menyuruh mereka untuk pergi.
Qi Qi sendiri sibuk membuat tanda dengan tangannya di bawah taplak meja, meminta Bo Hai untuk bertahan dengan segenap hatinya. Qi Qi meminta ibunya tidak bicara omong kosong semacam itu.
Teguran Qi Qi tidak membuat ibunya berhenti bicara, ia menyayangkan bakat Qi Qi yang sangat baik dalam hal memasak tapi ia hanya memasak untuk kedua orang tuanya. Itu tidaklah berguna. Ayah Qi Qi membenarkan.
"Kau harus memasak untuk bosmu. Kau bisa memamerkan bakatmu."
Qi Qi yang merasa disindir secara tidak langsung, menyebut ide ibunya sangatlah menjijikkan dan tak tahu malu. Ibunya tak terima disebut tak tahu malu, masalahnya Qi Qi lah yang mengatakan berulang kali kalau dia ingin memasakan sesuatu untuk Bo Hai.
Qi Qi dibuat panik seketika, takut Bo Hai mendengar semuanya. Ia memutuskan melolong seperti serigala untuk menutupi perkataan ibunya. Ibu Qi Qi kebingungan dengan tingkah laku anaknya, apa ia gila?
"Qi Qi, ku beri tahu kau..."
Sudah pasti ini level waspada, Qi Qi melolong semakin keras. Ibunya keheranan, apa disini ada seekor serigala? (Ada! Tuh di kolong :3 eh gak itu phoenix deng haha) Berhenti melolong!
Apa Bo Hai berhasil dikelabuhi? Nyatanya, Bo Hai berusaha menahan tawa mendengar pengakuan ibu Qi Qi soal dirinya HAHAHAHAHA.
"Kau harusnya mengundang bosmu ke rumah untuk makan. Setelah makan, kau harus bilang 'CEO Bo, ayo berjalan-jalan untuk membantu pencernaan'."
Qi Qi dibuat semakin panik, ia sengaja memukulkan sumpitnya pada mangkuk untuk menciptakan kegaduhan. Ibunya melanjutkan,
"Bukankah kau akan bilang kau tahu sebuah tempat bagus, dimana kau bisa melihat seluruh kota?"
Habislah sudah! Qi Qi tertegun dengan tebakan ibunya, ia curiga jika ibunya telah mengintip naskahnya lol.
"Kau mencuri dialogku"
Qi Qi menatap kamera, ia yakin ibunya telah melihat dialognya. Di saat yang sama, Qi Qi tak sengaja menjatuhkan salah satu sumpitnya ke lantai. Qi Qi panik setengah mati, bagaimana tidak? Ibunya langsung bergerak ke kolong untuk mengambilkannya sumpit itu.
"Bu! Aku akan mengambilnya! Jangan bergerak!"
Namun semuanya sudah terlambat, ibu Qi Qi sudah melihat ke arah kolong dan terkejut setengah mati menyadari ada sosok tak asing disana. Bo Hai tak berkutik menyadari dirinya telah ketahuan.
Ibu Qi Qi kembali naik, suaminya keheranan karena istrinya terlihat sangat terkejut sampai tak bisa berkata apapun dan hanya menunjuk kolong meja. Begitu ayah Qi Qi melongok ke kolong, ia juga melongo saking kagetnya.
Bo Hai tersenyum canggung dan menyapa ayah Qi Qi,
"Paman..." HAHAHAHAHAHAHA.
Sudah tak ada waktu, Qi Qi langsung menarik Bo Hai dari kolong meja untuk mengajaknya kabur dari sana. Orang tua Qi Qi otomatis mengejarnya, berulang kali meneriakkan Qi Qi dan Bo Hai untuk berhenti berlari.
Qi Qi menarik Bo Hai untuk bersembunyi di balik sebuah mobil. Orang tua Qi Qi juga sampai di jalan dekat mereka dan kehilangan jejak. Sebenarnya, ayah Qi Qi bingung kenapa mereka berdua malah melarikan diri. Ibu Qi Qi membenarkan, itu bukan seperti dia akan mencampuri hubungan mereka. Ayah Qi Qi kemudian menunjuk sebuah arah untuk menjadi tujuan pencarian mereka selanjutnya.
Di belakang mobil, Bo Hai juga menanyakan hal yang sama pada Qi Qi, kenapa mereka harus lari? Qi Qi yang sudah tahu betul watak ibunya, yakin jika ibunya berhasil menangkap Bo Hai maka mereka akan mati!
Orang tua Qi Qi belum jauh berjalan, ternyata mobil itu tiba-tiba saja bergerak pergi, meninggalkan Bo Hai dan Qi Qi yang tertegun. Benar saja, orang tuanya telah melihat keberadaan mereka. Qi Qi dan Bo Hai perlahan melirikan mata mereka, tak percaya mereka berhasil ketahuan untuk kedua kalinya. Orang tua Qi Qi sudah siap mengambil ancang-ancang lol.
Qi Qi dengan sigap melindungi Bo Hai dari terkaman kedua orang tuanya. Qi Qi menyuruh mereka berdua untuk berhenti, tapi ibunya tetap kekeh, ia memerintahkan suaminya untuk memegang Bo Hai. Dan terjadilah keributan sengit diantara mereka berempat, dorong-mendorong, tarik-menarik.
Setelah beberapa saat, Qi Qi berhasil menahan kedua orang tuanya, membiarkan Bo Hai untuk pergi dari sana. Bo Hai tersenyum canggung dan pamit pergi. Ibu Qi Qi memanggilnya untuk kembali lol.
Kejadian ini ditonton oleh para tetangganya termasuk ibu wortel, tetangga pertama menduga ini sebagai pemisahan pasangan penuh kasih sayang, tetangga kedua yakin tentu saja ini tertangkap basah di kamar. Ibu Wortel dengan tegas menyuarakan dugaannya,
"Tidak! Jual beli di bawah paksaan."
Bo Hai terhempas ke sebuah gang, ia dikejutkan dengan seorang anak kecil yang menyebutnya pria jahat. Anak itu menertawakan Bo Hai, mengejeknya sebagai pria bodoh juga.
Bo Hai menahan kesal, ia merapikan kerah mantelnya dengan tegas seolah menegakkan martabatnya kembali. Namun kemudian ia merasakan rasa sakit di bagian lehernya, ternyata ia mendapatkan sebuah luka disana karena ulah ibu Qi Qi yang terlalu bersemangat. Somplak!
Komentar:
HEHEHEHE lama ya? Sudah kembali ke rutinitas awal hahahaha.
See you on the next post! Pai pai~
Bersambung di Sinopsis Sweet Dreams Episode 20 Part 1~
Lanjut terus kak.
ReplyDeleteDitunggu aja ya^^
DeleteKak buat sinopsisnya best lover juga donk kak. .
ReplyDeleteItu seru juga...
Hahaha maaf ya, gak bisa :((
DeleteJujur aja aku bela-belain nerusin sweet dreams (di tengah prioritas utama di dunia nyata) juga karena konsepnya soal floristry (karena aku punya minat di dalemnya). Jadi kalo lanjut nyinop drama lain, sepertinya kemungkinannya kecil banget, kecuali kalo aku beneran suka dan ada satu hal yg bikin aku betah hehehehe tapi tetep aja mustahil...
Lnjut
ReplyDeletecece cepet di lanjut ya..
ReplyDelete