Watak seseorang terbentuk dari seberapa banyak ia menderita dan disalahpahami. Semakin kau menderita, semakin kau disalahpahami. Semakin lapang hatimu maka semakin sabar dirimu. - Ling Guo Liang from Chicken Soup for The Soul
"Aku juga disalahpahami orang lain, mereka bilang aku seorang mata-mata. Aku...aku tidak punya apa-apa sekarang."
Ayah Qi Qi menghibur anaknya, ia memang tidak tahu menahu soal pekerjaannya, tapi ia tahu Qi Qi adalah orang baik. Ibunya juga berpikir sama, Qi Qi seorang anak yang baik hati tapi ia tidaklah lemah. Tidak peduli krisis apapun yang menghampirinya, dia berusaha bangkit dan pantang mundur.
Ibu Qi Qi bahkan ingin putrinya memberitahu siapa yang telah membulinya, dengan senang hati ia akan menghabisi mereka lol.
"Aku akan bicara langsung tepat di depan wajahnya! Aku ingin lihat, orang seperti apa yang telah membicarakan putriku."
Ayah Qi Qi berdecak mendengar ide istrinya yang terdengar gegabah. Begini, daripada memikirkan bagian yang menyakitkan dari perkataan orang lain, Ayah Qi Qi ingin melihat masalah itu dari sudut pandang yang berbeda.
"Watak seseorang terbentuk dari seberapa banyak ia menderita dan disalahpahami. Semakin kau menderita, semakin kau disalahpahami. Semakin lapang hatimu maka semakin sabar dirimu."
Ibu Qi Qi tidak sependapat dengan nasihat suaminya, tidak ada yang bagus dari mengalah. Tapi Ayah Qi Qi masih yakin akan nasihatnya, ia mendapatkan kata-kata itu dari Buku Chicken Soup for The Soul (favorit banget >.<).
Orang tuanya kemudian menuntun Qi Qi ke meja makan, ibunya masih kekeh dengan pendapatnya untuk membalas setiap perbuatan siapapun yang membulinya. Ayah Qi Qi tidak ingin membahasnya lagi, ia memilih bertanya pada Qi Qi apa ia mengerti akan ucapan kedua orang tuanya?
"Tidak peduli apapun, kau selalu menjadi kebanggaan kami."
Orang tua Qi Qi dibuat panik lagi karena tangis Qi Qi kembali pecah. Ibunya sibuk mencari tisu sementara ayahnya menawarkan diri untuk memakaikan sepatu untuk Qi Qi. (Duhhh!!!! Inget pas kecil TT eh sekarang masih deng hahaha)
"Fighting!,' ucap Qi Qi tersenyum senang.
Qi Qi kemudian bertemu Mo Nan di halaman bawah, ia bertanya-tanya apa yang dia lakukan. Mo Nan yang sudah memikirkan masalah yang menimpanya, menyarankan Qi Qi untuk keluar saja dari Flower Plus. Mo Nan memiliki beberapa teman di bagian HRD yang bisa membantunya menemukan pekerjaan baru untuk Qi Qi. Ia juga menjamin gajinya tak akan kurang dari Flower Plus.
Qi Qi yang sudah mendapatkan semangat baru menolak tawaran itu, ia juga berterima kasih atas niat baik Mo Nan. Sekarang ia tak memiliki niatan untuk keluar dari perusahaan, jikapun iya, Qi Qi harus pergi tanpa meninggalkan rasa bersalah sedikitpun.
Masalah pembocoran desain belum terselesaikan, jika ia keluar sekarang, bukankah sama saja dengan membenarkan Qi Qi lah mata-matanya?
"Jadi, aku tidak bisa hanya duduk dan menunggu sampai kebenaran muncul."
Terlebih, Bo Hai mungkin sedang menunggu untuk mentertawakannya, hanya mendorongnya, dan pastinya tidak akan membantunya. (Are you sure? Hahaha) Orang tuanya benar, ia harus kuat dan tidak boleh hanya duduk dan menunggu saja.
"Hanya aku yang bisa membantu diriku sendiri."
Mo Nan tersenyum mendengar tekad Qi Qi, menurutnya Qi Qi terlihat sedikit berbeda. Entah Qi Qi yang salah paham atau memang Mo Nan bermaksud begitu, Qi Qi mengangkat kakinya untuk memamerkan sepatu baru yang orangtuanya belikan.
"Sekarang, aku siap untuk meledak menjadi alam semesta kecil Ling Ling Qi!,' ucapnya penuh keceriaan. Mo Nan tersenyum senang melihat Qi Qi yang kembali ceria.
Setelah Qi Qi pergi bekerja, ibu Qi Qi bertanya pada suaminya dimana ia membeli sepatu itu. Kebiasaan memang sulit dihilangkan, nyatanya ayah Qi Qi membeli sepatu itu dari toko yang menjual barang tiruan.
Mendengar itu, tentu saja istrinya marah karena ia masih saja pelit pada anaknya sendiri. Ayah Qi Qi membela keputusannya, walaupun tiruan tapi sepatu itu masih memiliki kualitas tinggi, lagipula Qi Qi juga tidak akan menyadarinya.
"Kau memang pelit di segala area!,' umat ibu Qi Qi kesal.
Qi Qi menghampiri Bo Hai di depan ruangannya, ia ingin memastikan apakah Bo Hai benar-benar berpikir ia lah mata-mata yang disuap Wen Guang Qi. Bo Hai sebenarnya tidak peduli siapa mata-mata sebenarnya, satu-satunya yang ia inginkan hanyalah menyelamatkan perusahaan.
Qi Qi menduga Bo Hai lebih mementingkan uang daripada martabat orang lain. Ia benar-benar tidak membocorkan desain itu dan ingin Bo Hai meminta maaf karenanya.
"Jadi, aku tidak bisa hanya duduk dan menunggu sampai kebenaran muncul."
Terlebih, Bo Hai mungkin sedang menunggu untuk mentertawakannya, hanya mendorongnya, dan pastinya tidak akan membantunya. (Are you sure? Hahaha) Orang tuanya benar, ia harus kuat dan tidak boleh hanya duduk dan menunggu saja.
"Hanya aku yang bisa membantu diriku sendiri."
Mo Nan tersenyum mendengar tekad Qi Qi, menurutnya Qi Qi terlihat sedikit berbeda. Entah Qi Qi yang salah paham atau memang Mo Nan bermaksud begitu, Qi Qi mengangkat kakinya untuk memamerkan sepatu baru yang orangtuanya belikan.
"Sekarang, aku siap untuk meledak menjadi alam semesta kecil Ling Ling Qi!,' ucapnya penuh keceriaan. Mo Nan tersenyum senang melihat Qi Qi yang kembali ceria.
Setelah Qi Qi pergi bekerja, ibu Qi Qi bertanya pada suaminya dimana ia membeli sepatu itu. Kebiasaan memang sulit dihilangkan, nyatanya ayah Qi Qi membeli sepatu itu dari toko yang menjual barang tiruan.
Mendengar itu, tentu saja istrinya marah karena ia masih saja pelit pada anaknya sendiri. Ayah Qi Qi membela keputusannya, walaupun tiruan tapi sepatu itu masih memiliki kualitas tinggi, lagipula Qi Qi juga tidak akan menyadarinya.
"Kau memang pelit di segala area!,' umat ibu Qi Qi kesal.
Qi Qi menghampiri Bo Hai di depan ruangannya, ia ingin memastikan apakah Bo Hai benar-benar berpikir ia lah mata-mata yang disuap Wen Guang Qi. Bo Hai sebenarnya tidak peduli siapa mata-mata sebenarnya, satu-satunya yang ia inginkan hanyalah menyelamatkan perusahaan.
"Minta maaf untuk tindakanmu akhir-akhir ini, sekarang juga!,' ucap Qi Qi tegas.
Bo Hai tentu saja tak mau melakukannya, dengan menggunakan cara konyol seperti ini Qi Qi tidak bisa menyingkirkan kelakuan buruk yang telah ia lakukan.
Qi Qi kesal Bo Hai masih saja berlaku demikian, ia pikir ia hebat karena kaya dan bisa menuduh orang lain secara sembarangan karena itu? Orang tuanya memang miskin, untuk menyemangatinya mereka membelikan sepatu tiruan (ahahaha Qi Qi sadar), tapi ia tidak merasa malu karena cinta mereka. Jadi, Bo Hai tidak bisa begitu yakin dengan kepribadian buruk Qi Qi.
Qi Qi kesal Bo Hai masih saja berlaku demikian, ia pikir ia hebat karena kaya dan bisa menuduh orang lain secara sembarangan karena itu? Orang tuanya memang miskin, untuk menyemangatinya mereka membelikan sepatu tiruan (ahahaha Qi Qi sadar), tapi ia tidak merasa malu karena cinta mereka. Jadi, Bo Hai tidak bisa begitu yakin dengan kepribadian buruk Qi Qi.
"Aku memang tidak menyukaimu, tapi aku tidak akan melakukan hal seperti ini karena aku punya batas!"
Bo Hai yang diam-diam melirik ke arah bawah memberitahukan sesuatu dengan wajah datar.
"Sepatumu rusak." Hahahahaha.
Qi Qi langsung menunduk ke bawah untuk melihat sepatunya, ia berusaha menahan malu yang tiba-tiba melandanya. Tak apa jika Bo Hai tidak ingin meminta maaf sekarang, sebentar lagi, ia akan menampar Bo Hai dengan kebenaran.
Qi Qi berjalan pergi meninggalkan Bo Hai yang menahan tawa. Kecanggungan Qi Qi belum berakhir, ia menendang pintu lift karena belum juga terbuka walau ia sudah menunggu cukup lama. Masalahnya Bo Hai masih memperhatikannya, ia tak memiliki pilihan lain selain menggunakan tangga biasa hahahahaha.
Xin Yan sedang berjalan di sebuah lorong sambil fokus membaca dokumen yang dibawanya. Di persimpangan lorong, ia berjalan mundur karena seseorang mendesaknya. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Qi Qi sendiri, Xin Yan tentu saja ketakutan. Ia mencoba membujuk Qi Qi mengenai kekerasan yang tidak akan menyelesaikan masalah.
Qi Qi memojokkan Xin Yan ke tembok, ia pasti akan menemukan pelaku yang dapat Xin Yan lihat sendiri.
"Aku tidak akan membuat pengecualian pada siapapun yang membuliku!"
Bao Ni membantu Qi Qi memperbaiki sepatunya yang rusak di cafetaria kantor. Ia juga bertanya cara yang akan Qi Qi gunakan untuk menemukan mata-mata yang sebenarnya. Dengan jujur, Qi Qi mengaku belum menemukan caranya. Bao Ni tentu saja marah, ia masih belum memikirkan caranya tapi sudah berani mengancam Bunga Piranha. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Bao Ni kemudian meminta Qi Qi memakai sepatu yang sudah selesai ia perbaiki. Qi Qi berterima kasih, setelah kebenarannya muncul, ia harus memikirkan cara untuk menyiksa Bunga Piranha dan mereka bisa menikmatinya bersama.
Bao Ni menyindir Qi Qi yang tahu bagaimana cara berkhayal. Daripada fokus memikirkan cara untuk menyiksa Bo Hai lebih baik Qi Qi fokus dulu untuk menangkap mata-mata yang asli. Qi Qi menenangkan Bao Ni, bagaimanapun mata-mata yang asli pasti hanyalah seorang pegawai, sementara orang dibaliknya tetaplah Wen Guang Qi.
Bao Ni menyebut Wen Guang Qi sebagai rubah licik, setelah melihat Qi Qi tidak sengaja dijebak sebagai mata-mata, hatinya pasti dipenuhi dengan kegembiraan. Qi Qi pikir mereka harus mulai mencari retakan di dalam Wen Guang Qi untuk memulai penyelidikan.
Qi Qi membuntuti mobil Wapresdir Wen dengan menggunakan sebuah taksi. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Wapresdir Wen berhenti di sebuah tempat asing dan berjalan masuk ke dalamnya.
Qi Qi juga otomatis turun dan berjalan membuntutinya, ia mengeluhkan tempat itu yang sangat terpencil tapi itu masuk akal karena menjadi terlihat mencurigakan.
Qi Qi kemudian kehilangan jejak Wapresdir Wen walaupun ia sudah berusaha mencarinya, ternyata Wapresdir Wen sudah menyadari ia dibuntuti. Ia muncul secara tiba-tiba dan bertanya kenapa Qi Qi mengikutinya.
Qi Qi berusaha mencari alasan, ia tidak mengikuti Wapresdir Wen dan kebetulan hanya lewat sana. Saat Qi Qi berjalan pergi, ia dicegat oleh bawahan Wapresdir Wen, Fang Cheng yang menarik tangannya paksa. Qi Qi tentu saja meronta-ronta minta dilepaskan.
Wapresdir Wen merasa familiar dengan wajah Qi Qi setelah Fang Cheng melepaskan kaca mata hitamnya, ia menyebut Qi Qi cukup berani karena menguntitnya sendirian.
"Gadis kecil, kau terlalu ingusan untuk bermain-main denganku."
Qi Qi berteriak minta tolong untuk diselamatkan.
Mo Nan tiba-tiba muncul memukul wajah Fang Cheng untuk menyelamatkan Qi Qi, memintanya untuk tidak mendekat atau ia akan memanggil polisi. Mata Mo Nan bertemu dengan Wapresdir Wen, seolah memberinya sinyal untuk tidak membawa masalah ini lebih jauh. Setelah memastikan Qi Qi baik-baik saja, Mo Nan segera menariknya untuk pergi dari sana.
Qi Qi mengaduhkan lengannya yang lecet akibat perlakuan Fang Cheng. Mo Nan menegurnya, jika ia tidak datang tepat waktu pasti Wen Guang Qi sudah menghancurkannya menjadi berkeping-keping. Qi Qi membela diri, ia juga tidak menduga hal itu.
"Ada begitu banyak hal yang tidak terduga! Qi Qi, kau pikir siapa dirimu? Seorang detektif? Pendekar pedang?"
Mo Nan memohon pada Qi Qi untuk menggunakan otaknya di masa depan, apa yang ia lakukan barusan adalah hal yang sangat berbahaya. Qi Qi tentu saja sadar itu adalah ide yang bodoh, tapi ia tak memiliki pilihan lain. Mo Nan menyebut Qi Qi hanya memiliki keinginan untuk menangkap mata-mata,
"...tapi tidak punya otak,' greget Mo Nan sambil menyentil dahinya.
Qi Qi memejamkan matanya, lalu apa yang harus ia lakukan? Orang tuanya memberitahunya untuk tetap semangat, jadi ia perlu melakukan sesuatu. Ia memperhatikan lukanya sekali lagi,
"Ling Ling Qi oh Ling Ling Qi. Kau benar-benar sebuah lelucon,' ucapnya pada dirinya sendiri.
Qi Qi kemudian ingat perbuatannya pagi ini yang telah menggertak Bo Hai dan Xin Yan. Matilah, jika ia tahu hal ini akan terjadi, ia tidak mungkin mengatakan hal seperti itu. Bisakah ia menarik perkataannya?
"Tentu saja tidak. Aku begitu bodoh."
Mo Nan tertawa melihat kepanikan Qi Qi yang konyol.
Chen Mo memberikan sebuah surat dari pengacara Aifan untuk Bo Hai, Bo Hai seketika terdiam setelah membaca surat itu. Xin Yan yang penasaran menarik surat itu untuk mengetahui isinya, ia terbelalak,
"100 juta Yuan?" (atau sekitar 200 milyar Rupiah)
Chen Mo menyebut jumlah itu begitu absurd dan bahkan bisa dibilang pemerasan daripada sebuah negosiasi. Menurutnya, Tuan Peter dan Wen Guang Qi bersekongkol melawan mereka. Bo Hai setuju jumlah itu memang besar, tapi dibandingkan dengan penjualan Aifan Furniture untuk produk setiap musim, meminta jumlah tersebut sebenarnya masuk akal.
Xin Yan masih saja menyalahkan Ling Ling Qi dan Wen Guang Qi sehingga mereka harus membayar kompensasi yang begitu besar. Bo Hai menegurnya, dibandingkan menyalahkan orang lain lebih baik Xin Yan mencurahkan tenaganya untuk mencari bagaimana cara membayar kompensasi ini.
Xin Yan yang telah kesal digertak pagi ini oleh Qi Qi, menggunakan surat pengacara itu untuk menggertak balik perbuatan Qi Qi. Qi Qi sangat terkejut mengetahui jumlah yang harus Flower Plus bayar tapi ia tidak mengerti kenapa Xin Yan menunjukkan surat itu padanya.
Xin Yan hanya ingin memberitahu Qi Qi sebuah fakta. Jika Aifan Furniture meminta mereka kompensasi itu secara resmi, Wen Guang Qi akan terbebas dari situasi ini dan menyisakan Qi Qi sebagai satu-satunya pelaku. Jika itu terjadi Flower Plus akan menuntut Qi Qi atas perbuatannya.
Qi Qi syok menyadari perkataan Xin Yan, sama saja ia disuruh membayar 100 juta Yuan. Xin Yan tentu saja tahu Qi Qi tidak mampu membayarnya, bahkan biaya pengadilan sudah cukup bagi keluarga Qi Qi untuk kehilangan semua hartanya. Tapi Xin Yan memiliki solusi lain agar Qi Qi bisa terhindar dari ketidakberuntungan itu, jika Qi Qi membantunya menangkap Wen Guang Qi, maka Qi Qi sama saja membantu dirinya sendiri.
"Perkataan yang aku ucapkan padamu kemarin di gudang penyimpanan masih berlaku."
Di lift, Wapresdir Wen bertemu dengan Mo Nan secara kebetulan, ia bertanya apa ia dekat dengan Ling Ling Qi? Mo Nan meminta Wapresdir Wen untuk tidak menghiraukan hal itu karena itu urusan pribadinya yang tidak ada hubungannya dengan Chungxiang.
Wapresdir Wen kemudian membahas surat pengacara yang sudah dikirimkan pada Flower Plus, membuatnya mudah dijangkau sekarang. Mo Nan menyebut Wapresdir Wen meremehkan Bo Hai, jika Bo Hai semudah yang Wapresdir Wen bayangkan, maka musuhnya sekarang bukanlah Mo Nan.
Setelah menyapa beberapa pegawai Flower Plus di sekitarnya, Qi Qi terkejut karena ada berbungkus-bungkus cemilan stick pedas di meja kerjanya. Saat bertanya siapa yang menaruhnya, salah satu pegawai menjawab ia juga tidak tahu karena cemilan itu sudah disana sebelum ia datang. Qi Qi bertanya-tanya siapa orang yang memberikan cemilan itu, Bao Ni, Mo Nan? (You definitely know, isn't it?)
"Sepertinya orang ini memahamiku dengan baik, tapi ia tidak mengerti soal seleraku."
Qi Qi membuka bungkusnya dan menarik satu stick untuk dicobanya, ia kemudian bertanya-tanya apakah orang ini adalah orang sama yang membantunya memperbaiki mesin fotokopi waktu itu.
"Orang yang begitu baik."
Setelah masalah ini terselesaikan, ia pasti akan membayar perbuatan baiknya.
Xiao Yi yang duduk di meja kerjanya ngiler melihat Qi Qi yang memakan cemilan dengan nikmat, Qi Qi menyadarinya, ia sengaja mengeraskan suara kunyahannya untuk menggoda Xiao Yi.
"Nyam...nyam...nyam"
Chen Mo memberitahu Bo Hai mengenai barang pesananannya yang akan dikirim besok pagi. Bo Hai mengerti, ia kemudian meminta Chen Mo untuk memberikan pengumuman pada seluruh pegawai Flower Plus mengenai akan diadakannya rapat besok pagi.
Chen Mo memberikan pengumuman ke area Qi Qi (termasuk Xiao Yi dan Si Si) mengenai rapat itu yang akan diadakan jam 9 pagi. Rapat ini akan membahas solusi dari permasalahan pembocoran desain Aifan Furniture. Chen Mo juga ingin memastikan semua orang untuk hadir dan tidak datang terlambat.
Salah satu pegawai menduga pelakunya akan mendapatkan keputusan akhir besok. Ketika membahas apa yang akan Bo Hai lakukan pada Ling Ling Qi, Xiao Yi yakin ia akan menyuruh Qi Qi untuk membayar kompensasi 100 juta Yuan.
"Itu sudah pasti hukuman mati."
Qi Qi yang mendengar hal itu menjatuhkan gelas yang dipegangnya sehingga membuatnya pecah di lantai. Rasanya, ia seperti mendapatkan puluhan anak panah yang menghujam punggungnya.
"Sekarang dia ketakutan? Pengecut seperti dirinya layak mati lebih dari sepuluh kali."
Bo Hai dan Xin Yan mereview laporan publik mengenai Pelanggaran Rahasia Dagang Aifan Furniture. Xin Yan menjelaskan mengenai krisis ini yang berakibat fatal bagi Aifan, pesaing terbesar Aifan semuanya menerbitkan produk baru yang mirip dengan desain yang bocor dalam satu minggu untuk bisa bersaing di pasar. Mereka juga mencuri seluruh domain dari produk ini. Industri furniture benar-benar dalam kekacauan.
Bo Hai menambahkan, tapi perkembangan merk dari produk online Aifan Furniture meningkat sebanyak 25% hanya dalam waktu satu minggu.
Xin Yan membenarkan hal itu, permintaan tayangan dari beberapa artikel mereka juga mencapai 10 juta kali. Ia menyayangkan jika saja ini bisa disebut dengan berita baik.
Bo Hai bersyukur setidaknya Aifan masih bisa mendapatkan pengaruh baik dari permasalahan ini, "Lewat paparan media, setidaknya produk baru Aifan telah mendapatkan banyak peningkatan sorotan secara online."
Qi Qi berjalan pulang di kompleksnya dengan wajah yang lesu. Ia kemudian mendengar kedua orang tuanya sedang mengobrol dengan tetangga mereka. Mengenai orang tuanya yang akan mengupgrade toko mereka menjadi toserba dan akan buka 24 jam akhir tahun ini.
Mereka berdua sangat bersemangat membahas rencana ini, Qi Qi layaknya mendapat petir di siang bolong. Ia tidak mungkin menghancurkan rencana orang tuanya karena dirinya yang mungkin harus membayar kompensasi 100 juta yuan.
Qi Qi juga memandang toko ayahnya, toko sesederhana itu tidak mungkin bernilai 100 juta yuan. Ia mengerutkan wajahnya, darimana ia mendapatkan uang sebanyak itu?
Seperti biasa, ketika ia sedang stress, Qi Qi selalu menumpahkannya pada makanan. Ia terus menjejalkan potongan sushi ke dalam mulutnya bahkan ketika ia belum selesai mengunyahnya.
"Aku berjanji pada orang tuaku untuk tetap semangat, tapi Tuhan dengan kejam membuatku jatuh. Aku bahkan tidak bisa memanjat lagi."
Bao Ni yang melihat Qi Qi terus mengambil sushi untuk dimasukkan ke dalam mulutnya, memintanya untuk berhenti makan sebelum perutnya sakit.
Qi Qi menolak, biarkan ia makan. Ia mungkin tidak akan mempunyai cukup uang untuk makan lagi. Bao Ni menghiburnya, menyuruhnya untuk tidak mengatakan hal seperti itu karena ia masih punya mereka. Bao Ni mengkode Mo Nan untuk melakukan sesuatu pada Qi Qi, Mo Nan yang juga tak kalah dilema lebih memilih untuk menenggak minumannya.
Butuh satu sushi lagi untuk membuat Qi Qi tersedak dan memuntahkan isinya. Mo Nan otomatis mengambil plastik untuk membantu Qi Qi sementara Bao Ni pergi mencari serbet untuk membersihkan sisanya.
Qi Qi menangis pilu benar-benar pilu. Siapa yang tidak begitu tertekan saat dihadapkan pada masalah ini, terpaksa bekerja, dituduh atas sesuatu yang tidak pernah ia perbuat, ditekan, dibuli, bahkan sekarang ia harus membayar sejumlah uang yang begitu besar.
Mo Nan bahkan sampai kesal karena Qi Qi masih berniat minum lagi, sekarang, apa Qi Qi menyesal karena tidak mengungkapkan dirinya?
"Kau benar-benar gadis terbodoh di dunia."
Bao Ni kemudian datang membawa beberapa serbet dan membersihkan wajah Qi Qi dengan lembut. Ia dan Mo Nan dengan kompak berteriak saat Qi Qi mencoba mengambil sushi lagi. Bao Ni menatap Qi Qi prihatin, sekali lagi ia menyeka air mata yang memenuhi wajahnya, mendekatkan kepalanya pada Qi Qi untuk menenangkannya.
Sekarang setelah melihat Qi Qi begitu menderita akibat masalah ini, Mo Nan menghela nafas dan dibuat semakin bimbang.
Komentar:
Jujur aja aku nangis pas adegan terakhir hahaha. Qi Qi emang selalu melampiaskan masalahnya sama makanan, makan banyak, ngedumelin orang, setidaknya dia bakalan ceria lagi dan bikin hatinya plong setelah itu. Tapi buat kali ini, dia emang bener-bener sangat tertekan bahkan sampai muntahpun dia gak ngerasa membaik, kelihatan dari dia yang terus nyoba buat minum dan makan lagi. Mo Nan sama Bao Ni bahkan sampe gedeg sendiri, termasuk aku TT (dalam artian prihatin).
Tapi kalo aku bisa menembus dinding dramaland, aku bakalan ngasih tahu dia buat tetap semangat! Aku pernah denger kata-kata kurang lebih gini,
"Ketika kamu merasa jalan itu begitu sulit, mungkin itu sebuah pertanda menuju kesuksesan."
Fighting my baby! Fighting Qi Qi! Fighting Dilraba! Huehehehehehe.
Oh soal stick pedas, kalian bisa nebak kan siapa yang ngasih? Siapa yang dulu minta bawain malem-malem dan ketawa nyengir setelah bisa makan cemilan itu, satu-satunya yang gak terima seleranya dibilang kuno hahahaha.
Bersambung di Sinopsis Sweet Dreams Episode 13 Part 2~
Bo Hai yang diam-diam melirik ke arah bawah memberitahukan sesuatu dengan wajah datar.
"Sepatumu rusak." Hahahahaha.
Qi Qi langsung menunduk ke bawah untuk melihat sepatunya, ia berusaha menahan malu yang tiba-tiba melandanya. Tak apa jika Bo Hai tidak ingin meminta maaf sekarang, sebentar lagi, ia akan menampar Bo Hai dengan kebenaran.
Xin Yan sedang berjalan di sebuah lorong sambil fokus membaca dokumen yang dibawanya. Di persimpangan lorong, ia berjalan mundur karena seseorang mendesaknya. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Qi Qi sendiri, Xin Yan tentu saja ketakutan. Ia mencoba membujuk Qi Qi mengenai kekerasan yang tidak akan menyelesaikan masalah.
Qi Qi memojokkan Xin Yan ke tembok, ia pasti akan menemukan pelaku yang dapat Xin Yan lihat sendiri.
"Aku tidak akan membuat pengecualian pada siapapun yang membuliku!"
Bao Ni membantu Qi Qi memperbaiki sepatunya yang rusak di cafetaria kantor. Ia juga bertanya cara yang akan Qi Qi gunakan untuk menemukan mata-mata yang sebenarnya. Dengan jujur, Qi Qi mengaku belum menemukan caranya. Bao Ni tentu saja marah, ia masih belum memikirkan caranya tapi sudah berani mengancam Bunga Piranha. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Bao Ni kemudian meminta Qi Qi memakai sepatu yang sudah selesai ia perbaiki. Qi Qi berterima kasih, setelah kebenarannya muncul, ia harus memikirkan cara untuk menyiksa Bunga Piranha dan mereka bisa menikmatinya bersama.
Bao Ni menyindir Qi Qi yang tahu bagaimana cara berkhayal. Daripada fokus memikirkan cara untuk menyiksa Bo Hai lebih baik Qi Qi fokus dulu untuk menangkap mata-mata yang asli. Qi Qi menenangkan Bao Ni, bagaimanapun mata-mata yang asli pasti hanyalah seorang pegawai, sementara orang dibaliknya tetaplah Wen Guang Qi.
Bao Ni menyebut Wen Guang Qi sebagai rubah licik, setelah melihat Qi Qi tidak sengaja dijebak sebagai mata-mata, hatinya pasti dipenuhi dengan kegembiraan. Qi Qi pikir mereka harus mulai mencari retakan di dalam Wen Guang Qi untuk memulai penyelidikan.
Qi Qi membuntuti mobil Wapresdir Wen dengan menggunakan sebuah taksi. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Wapresdir Wen berhenti di sebuah tempat asing dan berjalan masuk ke dalamnya.
Qi Qi juga otomatis turun dan berjalan membuntutinya, ia mengeluhkan tempat itu yang sangat terpencil tapi itu masuk akal karena menjadi terlihat mencurigakan.
Qi Qi kemudian kehilangan jejak Wapresdir Wen walaupun ia sudah berusaha mencarinya, ternyata Wapresdir Wen sudah menyadari ia dibuntuti. Ia muncul secara tiba-tiba dan bertanya kenapa Qi Qi mengikutinya.
Qi Qi berusaha mencari alasan, ia tidak mengikuti Wapresdir Wen dan kebetulan hanya lewat sana. Saat Qi Qi berjalan pergi, ia dicegat oleh bawahan Wapresdir Wen, Fang Cheng yang menarik tangannya paksa. Qi Qi tentu saja meronta-ronta minta dilepaskan.
Wapresdir Wen merasa familiar dengan wajah Qi Qi setelah Fang Cheng melepaskan kaca mata hitamnya, ia menyebut Qi Qi cukup berani karena menguntitnya sendirian.
"Gadis kecil, kau terlalu ingusan untuk bermain-main denganku."
Qi Qi berteriak minta tolong untuk diselamatkan.
"Ada begitu banyak hal yang tidak terduga! Qi Qi, kau pikir siapa dirimu? Seorang detektif? Pendekar pedang?"
"...tapi tidak punya otak,' greget Mo Nan sambil menyentil dahinya.
Qi Qi memejamkan matanya, lalu apa yang harus ia lakukan? Orang tuanya memberitahunya untuk tetap semangat, jadi ia perlu melakukan sesuatu. Ia memperhatikan lukanya sekali lagi,
"Ling Ling Qi oh Ling Ling Qi. Kau benar-benar sebuah lelucon,' ucapnya pada dirinya sendiri.
Qi Qi kemudian ingat perbuatannya pagi ini yang telah menggertak Bo Hai dan Xin Yan. Matilah, jika ia tahu hal ini akan terjadi, ia tidak mungkin mengatakan hal seperti itu. Bisakah ia menarik perkataannya?
"Tentu saja tidak. Aku begitu bodoh."
Mo Nan tertawa melihat kepanikan Qi Qi yang konyol.
Chen Mo memberikan sebuah surat dari pengacara Aifan untuk Bo Hai, Bo Hai seketika terdiam setelah membaca surat itu. Xin Yan yang penasaran menarik surat itu untuk mengetahui isinya, ia terbelalak,
"100 juta Yuan?" (atau sekitar 200 milyar Rupiah)
Chen Mo menyebut jumlah itu begitu absurd dan bahkan bisa dibilang pemerasan daripada sebuah negosiasi. Menurutnya, Tuan Peter dan Wen Guang Qi bersekongkol melawan mereka. Bo Hai setuju jumlah itu memang besar, tapi dibandingkan dengan penjualan Aifan Furniture untuk produk setiap musim, meminta jumlah tersebut sebenarnya masuk akal.
Xin Yan masih saja menyalahkan Ling Ling Qi dan Wen Guang Qi sehingga mereka harus membayar kompensasi yang begitu besar. Bo Hai menegurnya, dibandingkan menyalahkan orang lain lebih baik Xin Yan mencurahkan tenaganya untuk mencari bagaimana cara membayar kompensasi ini.
Xin Yan yang telah kesal digertak pagi ini oleh Qi Qi, menggunakan surat pengacara itu untuk menggertak balik perbuatan Qi Qi. Qi Qi sangat terkejut mengetahui jumlah yang harus Flower Plus bayar tapi ia tidak mengerti kenapa Xin Yan menunjukkan surat itu padanya.
Xin Yan hanya ingin memberitahu Qi Qi sebuah fakta. Jika Aifan Furniture meminta mereka kompensasi itu secara resmi, Wen Guang Qi akan terbebas dari situasi ini dan menyisakan Qi Qi sebagai satu-satunya pelaku. Jika itu terjadi Flower Plus akan menuntut Qi Qi atas perbuatannya.
Qi Qi syok menyadari perkataan Xin Yan, sama saja ia disuruh membayar 100 juta Yuan. Xin Yan tentu saja tahu Qi Qi tidak mampu membayarnya, bahkan biaya pengadilan sudah cukup bagi keluarga Qi Qi untuk kehilangan semua hartanya. Tapi Xin Yan memiliki solusi lain agar Qi Qi bisa terhindar dari ketidakberuntungan itu, jika Qi Qi membantunya menangkap Wen Guang Qi, maka Qi Qi sama saja membantu dirinya sendiri.
"Perkataan yang aku ucapkan padamu kemarin di gudang penyimpanan masih berlaku."
Wapresdir Wen kemudian membahas surat pengacara yang sudah dikirimkan pada Flower Plus, membuatnya mudah dijangkau sekarang. Mo Nan menyebut Wapresdir Wen meremehkan Bo Hai, jika Bo Hai semudah yang Wapresdir Wen bayangkan, maka musuhnya sekarang bukanlah Mo Nan.
Setelah menyapa beberapa pegawai Flower Plus di sekitarnya, Qi Qi terkejut karena ada berbungkus-bungkus cemilan stick pedas di meja kerjanya. Saat bertanya siapa yang menaruhnya, salah satu pegawai menjawab ia juga tidak tahu karena cemilan itu sudah disana sebelum ia datang. Qi Qi bertanya-tanya siapa orang yang memberikan cemilan itu, Bao Ni, Mo Nan? (You definitely know, isn't it?)
"Sepertinya orang ini memahamiku dengan baik, tapi ia tidak mengerti soal seleraku."
Qi Qi membuka bungkusnya dan menarik satu stick untuk dicobanya, ia kemudian bertanya-tanya apakah orang ini adalah orang sama yang membantunya memperbaiki mesin fotokopi waktu itu.
"Orang yang begitu baik."
Setelah masalah ini terselesaikan, ia pasti akan membayar perbuatan baiknya.
Xiao Yi yang duduk di meja kerjanya ngiler melihat Qi Qi yang memakan cemilan dengan nikmat, Qi Qi menyadarinya, ia sengaja mengeraskan suara kunyahannya untuk menggoda Xiao Yi.
"Nyam...nyam...nyam"
Chen Mo memberitahu Bo Hai mengenai barang pesananannya yang akan dikirim besok pagi. Bo Hai mengerti, ia kemudian meminta Chen Mo untuk memberikan pengumuman pada seluruh pegawai Flower Plus mengenai akan diadakannya rapat besok pagi.
Chen Mo memberikan pengumuman ke area Qi Qi (termasuk Xiao Yi dan Si Si) mengenai rapat itu yang akan diadakan jam 9 pagi. Rapat ini akan membahas solusi dari permasalahan pembocoran desain Aifan Furniture. Chen Mo juga ingin memastikan semua orang untuk hadir dan tidak datang terlambat.
Salah satu pegawai menduga pelakunya akan mendapatkan keputusan akhir besok. Ketika membahas apa yang akan Bo Hai lakukan pada Ling Ling Qi, Xiao Yi yakin ia akan menyuruh Qi Qi untuk membayar kompensasi 100 juta Yuan.
"Itu sudah pasti hukuman mati."
Qi Qi yang mendengar hal itu menjatuhkan gelas yang dipegangnya sehingga membuatnya pecah di lantai. Rasanya, ia seperti mendapatkan puluhan anak panah yang menghujam punggungnya.
"Sekarang dia ketakutan? Pengecut seperti dirinya layak mati lebih dari sepuluh kali."
Bo Hai dan Xin Yan mereview laporan publik mengenai Pelanggaran Rahasia Dagang Aifan Furniture. Xin Yan menjelaskan mengenai krisis ini yang berakibat fatal bagi Aifan, pesaing terbesar Aifan semuanya menerbitkan produk baru yang mirip dengan desain yang bocor dalam satu minggu untuk bisa bersaing di pasar. Mereka juga mencuri seluruh domain dari produk ini. Industri furniture benar-benar dalam kekacauan.
Bo Hai menambahkan, tapi perkembangan merk dari produk online Aifan Furniture meningkat sebanyak 25% hanya dalam waktu satu minggu.
Bo Hai bersyukur setidaknya Aifan masih bisa mendapatkan pengaruh baik dari permasalahan ini, "Lewat paparan media, setidaknya produk baru Aifan telah mendapatkan banyak peningkatan sorotan secara online."
Qi Qi berjalan pulang di kompleksnya dengan wajah yang lesu. Ia kemudian mendengar kedua orang tuanya sedang mengobrol dengan tetangga mereka. Mengenai orang tuanya yang akan mengupgrade toko mereka menjadi toserba dan akan buka 24 jam akhir tahun ini.
Mereka berdua sangat bersemangat membahas rencana ini, Qi Qi layaknya mendapat petir di siang bolong. Ia tidak mungkin menghancurkan rencana orang tuanya karena dirinya yang mungkin harus membayar kompensasi 100 juta yuan.
Qi Qi juga memandang toko ayahnya, toko sesederhana itu tidak mungkin bernilai 100 juta yuan. Ia mengerutkan wajahnya, darimana ia mendapatkan uang sebanyak itu?
"Aku berjanji pada orang tuaku untuk tetap semangat, tapi Tuhan dengan kejam membuatku jatuh. Aku bahkan tidak bisa memanjat lagi."
Bao Ni yang melihat Qi Qi terus mengambil sushi untuk dimasukkan ke dalam mulutnya, memintanya untuk berhenti makan sebelum perutnya sakit.
Qi Qi menolak, biarkan ia makan. Ia mungkin tidak akan mempunyai cukup uang untuk makan lagi. Bao Ni menghiburnya, menyuruhnya untuk tidak mengatakan hal seperti itu karena ia masih punya mereka. Bao Ni mengkode Mo Nan untuk melakukan sesuatu pada Qi Qi, Mo Nan yang juga tak kalah dilema lebih memilih untuk menenggak minumannya.
Butuh satu sushi lagi untuk membuat Qi Qi tersedak dan memuntahkan isinya. Mo Nan otomatis mengambil plastik untuk membantu Qi Qi sementara Bao Ni pergi mencari serbet untuk membersihkan sisanya.
Qi Qi menangis pilu benar-benar pilu. Siapa yang tidak begitu tertekan saat dihadapkan pada masalah ini, terpaksa bekerja, dituduh atas sesuatu yang tidak pernah ia perbuat, ditekan, dibuli, bahkan sekarang ia harus membayar sejumlah uang yang begitu besar.
Mo Nan bahkan sampai kesal karena Qi Qi masih berniat minum lagi, sekarang, apa Qi Qi menyesal karena tidak mengungkapkan dirinya?
"Kau benar-benar gadis terbodoh di dunia."
Sekarang setelah melihat Qi Qi begitu menderita akibat masalah ini, Mo Nan menghela nafas dan dibuat semakin bimbang.
Komentar:
Jujur aja aku nangis pas adegan terakhir hahaha. Qi Qi emang selalu melampiaskan masalahnya sama makanan, makan banyak, ngedumelin orang, setidaknya dia bakalan ceria lagi dan bikin hatinya plong setelah itu. Tapi buat kali ini, dia emang bener-bener sangat tertekan bahkan sampai muntahpun dia gak ngerasa membaik, kelihatan dari dia yang terus nyoba buat minum dan makan lagi. Mo Nan sama Bao Ni bahkan sampe gedeg sendiri, termasuk aku TT (dalam artian prihatin).
Tapi kalo aku bisa menembus dinding dramaland, aku bakalan ngasih tahu dia buat tetap semangat! Aku pernah denger kata-kata kurang lebih gini,
"Ketika kamu merasa jalan itu begitu sulit, mungkin itu sebuah pertanda menuju kesuksesan."
Fighting my baby! Fighting Qi Qi! Fighting Dilraba! Huehehehehehe.
Oh soal stick pedas, kalian bisa nebak kan siapa yang ngasih? Siapa yang dulu minta bawain malem-malem dan ketawa nyengir setelah bisa makan cemilan itu, satu-satunya yang gak terima seleranya dibilang kuno hahahaha.
Bersambung di Sinopsis Sweet Dreams Episode 13 Part 2~
Comments
Post a Comment